Banyak yang memuji, beberapa ikut mengapresiasi. Tapi juga gak sedikit yang menghujat, dan mencaci maki.
Kufaku.
Semuanya akan dikupas secara tajam. Setajam singlet.
#apeubanget
Introduction
Buat yang belom tahu, band KUFAKU adalah band yang berasal dari batam. Berawakan Bobby (vocal), Fikar ( bass,backing vokal & keyboard ), Indra (guitar), dan Mamat ( drum ).
Konsep band ini cukup simple. Yakni mereka menggabungkan pop-fusion dan heavy metal distortion with glam rock percussion. Bisa dimengerti? Gue harap jangan, soalnya gue juga gak ngerti.
Gak deng, mereka aslinya maen pop sederhana kok. Udah gitu aja.
Issues
Kalo lo nyimak semua feedback dan komentarnya di seantero Youtube, Facebook, dan semacemnya, yang ada cuma kesan cemooh dan ledek-ledekan yang gak ada habisnya. Dengan kata lain, minim masukan positif.
Trus artinya apa? Indonesia itu selalu bermasalah sama yang namanya APRESIASI. Yah, maksud gue, walaupun emang jelek, gak susah kok kalo cuman sekedar bikin feedback yang membangun atau saran yang berbau basa-basi. Tujuannya? Ya biar mereka jadi lebih baik lagi, bukan malah makin diinjek.
Sederhananya, yang jelek aja gak bisa ngapresiasi, gimana hal sepele yang lain?
"Musik adalah kesederhanaan yang tidak lebih dari ikhtiar sang seniman untuk menyingkap apa yang kerap disembunyikan orang", gitu kata Bobby.
Tuh, vokalisnya aja gak ampe muluk-muluk kok, justru yang ngedengerin lah yang ngarep berlebih.
Berikut kutipan wawancara yang gue kutip dari Kaskus :
Garputala: Anda dikenal bukan karena musik Anda ‘bagus’ tapi karena Anda juga musik Anda dianggap norak oleh warga Internet. Kalo saya boleh tanya, tolong dijelaskan kepada saya, kenapa Anda melakukan ini?
Bobby Kufaku: Ide lagu dan video ‘Cuma Kamu’ ini bermula dari diskusi saya dengan Zeke Khaseli beberapa waktu lalu. Zeke itu musisi indie anti-mainstream, dan gerah dengan gejala anti-mainstream yang semakin mainstream, makanya dia buat video itu apa itu saya lupa judulnya. Yang dia nyanyi kayak artis video karaoke? Yang ada komodonya sama orang main bola? Damn, gue lupa, itu video judulnya apa.
Garputala: Wah, apa ya, saya juga lupa, bung. Maaf.
BK: Pokoknya yang itu lah. Nah, Zeke merasa perlu meledek mereka yang mainstream secara natural dan mereka yang mainstream karena merasa perlu untuk membenci semua yang mainstream dengan menjadi mainstream secara ironis. Begitu, kira-kira. Dan, kalo Anda lihat, bung, yang terjadi adalah orang yang merasa keren dan punya selera yang hendak dikritik Zeke pun malah tetap memuji Zeke karena videonya dianggap ‘kreatif’. Karena orang tau kalo Zeke memang lagi ekting menjadi mainstream aja. Padahal, videonya boleh jadi sama noraknya dengan video saya. Hahaha…Nah, saya beda pendapat sama Zeke. Buat saya kesadaran akan betapa memuakkannya segala macam apa yang disebut mainstream itu sudah semakin mainstream, jadi orang pun tidak bisa sekedar membenci untuk membenci orang yang anti-mainstream, atau katakanlah menjadi hipster, saja untuk bisa melepaskan diri dari dosa-dosa menjadi mainstream. Maksud saya, menjadi anti-mainstream itu adalah poster boy dari mainstream. Ini ironi. Kita ada pada suatu masa ketika orang yang paling layak disebut mainstream adalah mereka yang anti-mainstream, anti trend, anti arus utama. Berbeda dengan Zeke yang masih ingin meledek mainstream, saya berupaya untuk berpikir di luar kotak, melampaui pola pikir yang terlalu biasa, dengan menjadikan mainstream sebagai the new hip. Jadi saya menjadi norak dengan semua simbol-simbol kenorakan saya tanpa ada pretensi apa-apa untuk menjadi ironis. Saya memang norak. Tapi kan tetap saja, so bad it’s good. Ga mungkin saya bisa tenar kalo lagu saya biasa aja.
Garputala: Anda bisa bermain musik?
BK: Bisalah. Saya bisa nulis lagu. Jangan merendahkan begitu, lah, bung.
Garputala: Oh, bukan begitu. Saya tahu Anda bukan seniman sembarangan. Tapi kok musik Anda tidak enak didengar?
BK: Begini bung. Pernah dengar lagu Rotor atau Rancid, kan? Coba kasih dengar sama situ punya nenek. Apa beliau bakal bilang itu musik? Relatiflah. Sekali lagi lagu saya itu kalo jelek pasti dianggap angin lalu saja. Hahaha. Pun intended yah. Hahaha. [editor: kalau belum tahu, judul album Kufaku adalah Angin Lalu].
Garputala: Di mana Anda bertemu anggota band lainnya?
BK: Sekolah musik Berklee [editor: Di Boston, Amerika Serikat]. Kenapa?
Garputala: Oh, gitu. Baiklah. Tapi Anda kan sudah jadi bahan ejekan di seluruh jagat Internet Indonesia. Di Youtube, di Twitter. Anda gak berminat meluruskan apa yang sebenarnya adalah kesalahpahaman?
BK: Ah, bung pake bahasa halus segala. Bilang saja orang Indonesia banyak yang ignorant, awam sekali soal musik. Itu sih rahasia umum. Warga Internet itu kan haus pengakuan lah. Pengen dibilang punya selera. Padahal kagak ngerti musik itu apa, seni itu apa. Gak tau caranya mengapresiasi kreatifitas. Menurut saya ini memprihatinkan. Tapi buat saya ini hanya fenomena Internet saja. Saya juga sudah menduga responnya bakal begini. Meskipun, saya harus akui, saya gak nyangka bahwa orang yang mempermalukan dan merendahkan diri sendiri dengan menulis komentar yang sama sekali tidak pantas di video saya banyak sekali. Video itu kan sebenernya prank saja. Saya juga bingung hampir tidak ada komentar cerdas atau simpatik di video saya. Semuanya nyela. Mungkin ini emang tabiat asli bangsa kita kali ya. Mungkin karena memang kita ini bangsa tempe, bisanya cuma nyela. Hahaha. Tapi seriously. Celaanya kampungan semua gitu, bukan? Ada yang bikin tumblr buat nyela Kufaku. Mereka bilang ‘please do not laughing’. WTF, do you speak English you morons!?? [editor: link] Entah kenapa warga Internet di sini suka pake bahasa Inggris tapi salah. Well, you know what, smart Indonesian netizens, the fucking joke is on you!!
Garputala: Wah, kok jadi emosional Bung Bobby. Bisa dijelaskan mungkin kaitannya dengan Internet? Ada apa dengan Internet sebenarnya? Anda tidak suka Internet?
BK: Oh, maaf, kalo saya emosional. Bukan tidak suka. Internet itu tempat bermain yang tidak fair. Masalahnya dengan warga Internet adalah semua orang palsu. Ga ada yang asli. Semuanya belagak keren, padahal aslinya cupu. Hampir semua orang di Internet sebenernya layak dibully. Karena itu mereka semua ngebully. Ngebully sebelum dibully. Lingkaran setan ini. Apalagi di Indonesia. Kita tahulah negara kita ini kan sudah lama terjangkit inferiority complex. Sudah lama punya mental tempe. Minim achievements. Saya kan tinggal di Batam. Saya tahu kenapa Singapura lebih maju dari kita punya bangsa. Mereka berjuang. Bukan cuma ngeluh. Bukan cuma bisa nyela pemerintah, anggota DPR dan Syahrini.
Garputala: Tapi Anda senang diorbitkan oleh situs humor MBDC?
BK: Biasa aja sih. Meskipun ya saya jadi terkenal juga berkat reviewnya MBDC. Emang situs itu lucu ya? Saya sama lah dengan Christopher Hitchens dan banyak esais kenamaan lainnya yang berfikir women can’t be funny. Saya gak bisa menganggap perempuan itu lucu. MBDC itu yang mengelola apa perempuan semua ya? Kok kesannya gitu ya? Buat perempuan kan ngelucu itu kan artinya ngeledek, ngecengin orang lain, noraknya orang lain, kebodohan orang lain. Iya bukan sih? Itu situs buat perempuan, kan? Kayak majalah Cosmopolitan atau apa gitu? Sekilas mirip sama kracked.com, tapi terlalu bitchy aja kadang-kadang. Terlalu feminim. Anda tidak merasa begitu? Enggak, ya? Saya aja kali.
anti-anti-mainstream?
Garputala: Saya tidak tahu bung. Tapi lumayan terkenal itu MBDC di kalangan warga Internet sepertinya. Cukup berpengaruh juga kayaknya. Dia punya apa tuh program Sunset on the Rooftop. Anda juga merasa layak main di sana?
BK: Ah, enggak lah. Norak. Itu sih buat anak ABG berduit ajalah. Kesannya romantik emang dengerin lagu-lagu manis di atas genting di waktu senja. Tapi buat saya musik itu lebih dari sekedar neskafe dan angin sore lah.
Garputala: Maksudnya?
BK: Ah, you won’t understand.
Garputala: Wah kok kayak hispter aja, bung?
BK: Hahaha. Ini rahasia ya. Don’t tell anyone. I’m a hipster.
Capek nyimaknya? Samak.
***
Yang mau gue sampein adalah, mereka aslinya gak jelek-jelek amat kok. Gak percaya?
1. Mau gimanapun juga, mereka adalah anak bangsa, mereka berkarya, mereka pastinya juga nyoba mengharumkan nama bangsa lewat lagunya. Dan akhirnya mereka pun bisa live di Singapura. Walaupun cuma sampe perempatannya.
Videonya : Kufaku Nineball Cover - Live in Prapatan Singapore
2. Lagunya ancur? Bikin sakit kuping? Okelah, tapi belom tentu kalian juga bisa bikin lagu seancur dan se-bikin-kuping kayak yang Bobby bikin. Bahkan, bule aja mau ikutan kontribusi di video klipnya yang notabene seancur itu. Mungkin iya kepaksa, tapi adakah anak Indonesia yang mau berbesar hati buat join video klip mereka?
Videonya: Kufaku - Cuma kamu PV
3. Okelah hasilnya gak jelas. Okelah suaranya brisik banget. Tapi coba deh sebentar aja gak menghiraukan musik brisiknya. Di awal video klip, kita udah disambut sama running text pesan moral yang baik. Trus, di bagian bridge yang "Kutanya Malam, dapatkah kau lihatnya perbedaan", itu aransemennya asik kok. Gue aja ampe headbang. Iya sih cuma 6 detik, tapi kan enak.
Videonya: Kufaku - Ada apa denganmu cover
Terlalu banyak pasien yang menuhin rumah sakit Indonesia, sayangnya bukan dalam bentuk manusia. Tapi sebuah apresiasi.
Udah ah, jadi sedih gue.
Kalo gue jadi orang marketingnya Kufaku nih ya, gue bakal seneng seneng aja tuh mereka dicela. Makin dicela, makin viral. Jualan makin laku :))))
ReplyDeleteTapi kak, meski viralnya bagus, kan gak mesti harus lewat cemoohan terus-terusan kan? :(
DeleteKalo soal konten, jelas nggak baik kalo feedbacknya negatif. Tapi kalo liat dari sisi komersil atau keuntungan doang, justru makin dicela, makin naik bisnisnya. Yah gitulah industri ( ._.)/|
DeleteIndustri penuh cela ._.
DeleteIt is, Bans....
DeleteHiks :(
DeleteBener banget yang dibilang Bobby.. Di sini emang minim apresiasi... Gue sering ngalaminnya, Bos..Berharap dapet masukan, yang ada kritikan...
ReplyDeleteBut....gue merasa, si pengeritik itu sebetulnya pengagum kita... They are too coward to bring out their love of ours..
Setuju banget kak sama quote yang terakhir :')
Deletelanjut brkarya, pret.. sukses..
ReplyDeleteThanks kakak! Wherever you are :)
Deletewoy :)))
ReplyDeleteyg diperempatan singapura panggungnya dimana penotonya dimana, huanjir :D
tapi ga jelek amat kok, band gue lebih ancur malah haha
"Musik adalah kesederhanaan yang tidak lebih dari ikhtiar sang seniman untuk menyingkap apa yang kerap disembunyikan orang", gitu kata Bobby. Gw suka kata2 ini dan setuju
ReplyDeleteSangat minim apresiasi memang, yang bagus itu rata-rata yang bagus menurut minoritas. Akibatnya? kebanyakan nge-fandom retard, musik itu ngikutin apa kata orang. Orang bilang ini jelek ya ikut bilang jelek, tanpa mikir gimana kalo kita di posisi itu. Bukan cuma musik sebenernya. Hampir segala aspek, orang-orang kita masih kurang pendidikan attitude. Di grup drawing, ada tuh yang ejek-ejekan. Di grup edm, ada juga yang ejek-ejekan, di grup youtube, komputer, speaker, grup peliharaan pun ada juga yang ejek-ejekan senioritas saling bully dll.
ReplyDeletefue benci jadi orang indonesia yang suka bacot tapi juga gak bisa berkarya,saya bingung orang yang berkarya malah dihujat tapii dianya gak bisa ngebuat dasar kalian para micinners
ReplyDelete