Hey, it's me again!
Setiap tahunnya, gue selalu berusaha untuk menyempatkan diri buat bikin sedikit catatan di blog. Bukan buat pencapaian atau apa, tapi setiap rintisan kalimat di post ini, sehingga kalo tahun depan gue baca post ini lagi, seenggaknya gue bisa tahu state pikiran gue saat itu ada di mana dilihat dari cara menulisnya.
Kira-kira gitu sih, karena memang banyak yang gue lewatin di tahun ini. Bikin cara ngomong gue sekarang udah macam dosen pembimbing aja. *etaaa etaa terangkanlah *lalu dagang rujak
26, was really tough for me. Semakin hari, kayak semakin tahu cara dunia/lingkungan ini gimana kerjanya, semakin tahu bahwa yang namanya kompetisi sebagai manusia akan selalu ada dan gak pernah berhenti. Terkait hal itu, modal yang sangat dibutuhin adalah sebuah konsistensi. Waini.
Konsistensi di umur segini, itu rasanya mulai hmm ... apa ya ... melelahkan? Hahaha.
26 adalah waktu-waktu kritis di mana passion kamu mulai memudar dikikis rutinitas. Sampe akhirnya, lama-kelamaan kamu nggak akan berasa bahwa dua hal yang berbeda batasan tersebut, mulai ngeblur menjadi satu lalu kamu anggap bahwa passion kamu itu, yaaa rutinitas. Ada yang berasa juga mungkin?
Rutinitas, biasanya kamu lakukan karena kewajiban. Kalo emang passion, pasti ya harusnya rutin. Tapi sesuatu yang dikerjakan secara rutin, belum tentu sebuah passion. Eaaa gimana cobaa :))
26 adalah waktu-waktu di mana kamu mulai malas keluar gara-gara baru jadi penganten baru. Kalo gue sih, gak cuma jadwal ena-ena-nya aja yang bikin mager, tapi ini lho, gue dari awal kayak serasa kematengan gitu, baru tahun pertama udah mikirin gimana cara maintain rumah tangga. Orang mah kayaknya lepas aja gitu. Ya gak sih?
26 adalah adalah waktu-waktu di mana kamu galau "kapan nih nambah member" di rumah. Yaaa terpaan norma sosial sih selalu ada ya, meski kadang suka jadi pikiran, tapi gue gak ambil pusing sih.
Abis gimana ya, celetukan asal itu kadang emang selalu datang dari orang yang kurang pendidikannya, gak tahu caranya memilih topik untuk berbasa basi, dan kita juga salah kalau menyalahkan dia karena ketidaksopanannya.
Toh, dia juga gak ngerti itu ternyata jauh dari kata sopan. Enaknya sih, ya jarang-jarangin aja bersinggungan sama orang yang kamu tahu tipikalnya seperti itu. Kemungkinan juga, dia tuh jarang gaul. Dia nggak tahu tuh pergolakan jaman sekarang kayak gimana, norma-norma apa yang mulai terkikis dan disesuaikan dengan keadaan sekarang, serta pakem baru apa yang udah lahir dan diterapkan. Sehingga pas tahu ada pakem yang menurut dia agak "melenceng", kagetnya bukan main, lalu judgment akan sangat lancar dimuntahkan begitu aja, bodo amat mau kenal atau nggak.
Solusinya, bukan lantas menjadi anti sosial gara-gara mutusin untuk jarang bersinggungan, tapi buatlah dia sungkan dengan kamu. Bisa dalam bentuk memberikan bantuan (sebisanya aja), menegur sekedarnya setiap ketemu sambil senyum, atau kalo dia ngajak ngobrol sebuah topik, keluarkan retorika terbaik kamu biar dia paham sedalam apa vocabulary-mu di topik tersebut.
Present time, sehari setelah 25 Juli. |
Membayangkan umur 30, agak-agak ngeri kematengan gimana gitu. Selalu wondering, duh gue udah jadi apa ya nanti, bakal kayak gimana nanti, masih main musik nggak, masih bisa ngeblog nggak, masih bisa jalan-jalan nggak, dan yang paling bikin leher sakit: Masih bisa sehat untuk nyari kerja atau nggak? DUEERRRR
The major change that happened in my twenty six, is marriage. Dengan tanggal yang sengaja dipepet-pepetin biar deket sama ulang tahun gue WHICH IS ADALAH TANGGAL TUA, merupakan suatu anugerah sekaligus pikiran yang akan gue arungi seumur hidup.Tapi senengnya adalah, gue dapet seorang partner hidup yang super-pinter, punya banyak perbedaan untuk dijelajah satu sama lain, juga punya sumber daya yang subur. *wink -- dan setelah hampir tiga tahun mendosa bareng, akhirnya kami sekarang selalu pulang ke rumah yang sama.But, 26 is fun,sure do :)
Yaiyalah, orang musti bayar kontrakan ...
Ciyeee yang udah berhenti ngekos. Gileeee lu ndro, gue hampir 9 tahun ngekos dari jaman sekolah, akhirnya sekarang bisa tidur di tempat yang gedean dikit hahaha. Bisa nyicil perabotan, punya banyak space untuk duduk ngegame dan brainstorm tanpa harus tabrakan saat jalan, karena satu-satunya space kosong saat ngekos dipake buat naro jemuran.
Oh ya, dan hari-hari setelah marriage adalah sebuah pengalaman pertama yang sangat membekas. Dimulai dari persiapannya yang sangat menguras energi dan pikiran, ya gugupnya, ya mulesnya, ya keluar duitnya, ya disyukuri aja. Lalu yang berkesan lagi sebenernya saat resepsi. Seneng aja gitu orang dateng rame-rame tapi gak ada yang kenal. Kayak mendadak dapet networking yang luas tapi gak ada yang bisa dipake HAHAHAHA
Tapi emang yang rasanya paling blessful adalah bersatunya dua keluarga sih. Jadi, sekarang punya dua orangtua deeh. Dan saat marriage ini adalah pertama kalinya gue merasa sangat diterima dan dihargai, dan didengarkan sebagai seorang figur yang utuh.
Di dunia perkariran, 26 adalah sebuah titik di mana gue minggir sejenak dari kehidupan ahensi digital, untuk bekerja di sebuah perusahaan yang saat ini lagi berusaha menyelesaikan mega-proyeknya di Jakarta. Gue bergabung di dalam divisi Ghostbuster, sebuah tim pemburu hantu yang sangat kompeten di bidangnya masing-masing, tapi masih suka susah terima kalo ternyata kita sendiri lah hantunya hahahahahaha
26, adalah tentang being commited dan maintaining consistency. Terlepas dari apa yang akan gue kerjain hari ini dan di masa mendatang, hasrat untuk nge-band lagi rupanya belom pudar lho, masih suka jamming ala-ala, belom lagi ditambah misi mulia yaitu belajar merintis karir sebagai pembuat konten biar bisa jadi Youtuber tahun ini :)) -- Oh ya, dan sampe detik ini pun, gue masih tetap berambisi untuk jadi RI 1. Camkan!
Thanks for the information.
ReplyDeleteAOL Customer Care
thanks
ReplyDeleteAmazing post.Thanks for sharing among us.
ReplyDeleteTwister Antivirus customer support
tinder pick up lines amazing post
ReplyDeletelooking great
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete