Showing posts with label Newbie Guide. Show all posts
Showing posts with label Newbie Guide. Show all posts

Hey, it's me again!

So, it's almost two years I use Xiaomi device as my daily driver.

Pertama kali Xiaomi Redmi Note 2 rilis, gue langsung jatuh cinta gara-gara gaming-processor Helio X10 yang diusungnya waktu itu, karena notabene belum ada smartphone lain yang berani pake di jamannya. Seketika itu juga, langsung buka Youtube, download belasan reviewnya, dan semedi untuk memantapkan hati.

Dari segi model oke, harga oke, RAM oke, spek oke, dan kameranya pun lumayan. Detik itu juga,  gue semakin yakin ini adalah smartphone yang tepat untuk mobilitas gue sehari-hari.

Hari-hari pun berlalu, gak berasa udah dua tahun gue bareng terus sama hape ini. Sampe tiba masanya, sekitar tiga hari lalu, barang ini kok rasanya mulai bikin gue jengkel.

Ceritanya gue lagi in-door livetweet, di tempat yang sebenernya cukup-cukup aja cahayanya meski sumbernya dari lampu. Tempatnya hall gede gitu, objek yang jadi tantangan di situ hanyalah hamparan pengunjung, dan LCD screen super gede.

Gue pun mulai jeprat-jepret di berbagai angle, lalu gue cek di gallery, kok fotonya semakin memprihatinkan kalo dipake di area in-door. Hasilnya relatif blurry, detail yang boro-boro, dan berkesan ngelawan cahaya. Gue berkesimpulan, bahwa kilatan cahaya dari LCD screen ini juga memperburuk performa sensor kamera yang sepertinya emang mulai menurun.

News flash sedikit, keadaan Redmi Note 2 gue ini rasanya emang lagi turun2nya. Gak cuma soal hasil kamera, yakni ada beberapa masalah lain sepertinya punya reaksi berantai satu sama lain:

1. Performa gaming mulai banyak frame-drop/frame-skip, khususnya saat main game yang tadinya fine-fine aja seperti Vainglory, Mobile Legend, Civ Revolution, Get Rich dan Yugi Oh Duel Links.

2. Udah sebulanan, internal storagenya selalu merongrong minta dikosongin alias terus-terusan ngasih notif bahwa space mulai habis. Pas dicek di PC, emang bener hanya tinggal 180 MB. Tapi begitu di-clean-up, entah kenapa masalah yang sama kembali berulang.

3. Multi-tasking mulai laggy. Buka Google Chrome selalu diselingi force-close sekitar dua sampe tiga kali, setelahnya relatif lancar.

Gizbot.com
Di hari yang sama, sebelum berangkat gue juga sengaja minjem smartphone istri yang sialnya kebetulan Xiaomi juga, yaitu seri kakaknya; Redmi Note 4. Karena dari rumah roman-roman perasaan gue udah gak enak, rasanya kok gue perlu bawa cadangan hape hari ini.

Setelah meratapi hasil foto yang kualitasnya makin kayak cumi asin ini, gue keluarin lah si Note 4 sambil berbisik pelan ke telinganya speakernya:
Aku mengandalkanmu ...
Dia pun menjawab "iya, mas", sambil seraya mengibaskan selendang dan terbang meninggalkan gue menuju salah satu gedung Bakrie. #LHA #TERNYATASETAN #INIAPASIH

Mari kembali ke livetweet.

Gue keluarin lah si Redmi Note 4, gue klik kamera, dan .................. MATOT! Like seriously???????? Dia mati begitu aja dong, booting di suasana bikin idung megap-megap karena takut momen lewat. Gue coba ngurut dada, eeeh dia marah. #TernyataDadaSatpam

Gue tungguin aja 3 menit, dan diaaa ............... MATI LAGI! Ini brengsek banget sih, entah berapa kali gue ngomong ANJAY kayak orang lagi yasinan. Pas gue cek selang semenit, hape ini gak kunjung masuk ke home-screen. Gue pasrah.
Ternyata dia Bootloop ...
Sesampai di rumah, gue konsultasi (gak deng, marah-marah tepatnya) baik-baik sama istri soal pengalaman hari ini. Ternyata, tabiat terkutuk itu emang kerap muncul jika smartphone tersebut gak dimasukin sim-card.

Batin gue, gilak fatal amat. Dari seantero masalah smartphone yang ada, boot-loop (kondisi di mana smartphone stuck di layar booting lalu restart lagi) gara-gara gak ada sim-card itu mungkin masuk ke list yang berapa riburiburiburibu ke bawah gitu. Jarang banget!

Tetiba gue jadi flashback. Sebelum megang dua smartphone ini, kita berdua sempet pake Mi4i buat daily-driver. Kita sempet suka banget, hapenya kecil, sleek, bersih, berkesan premium, dan kameranya bagus banget. Paling nggak, kepadatan pixelnya bener-bener mencukupi kebutuhan kita dalam hal jepret-jepret cantik.

Hampir setahun kita pake, kita sempet ngeh kalo hasil fotonya belakangan ini kok gak lagi sama seperti saat pertama kali beli. Kita sampe nyempetin bandingin foto lama dan foto baru ini, dan bener. Kualitasnya menurun. Apakah karena update software berkala? Atau karena ketahanan sensor, atau kualitas sensor Sony yang Xiaomi pake? Nobody knows.

Kasus ini diabaikan berhubung seminggu kemudian, hape ini accidentally jatoh karena kesenggol dan layarnya pecah. Mengingat deadline yang waktu itu lagi padat-padatnya, kita gak begitu ambil pusing dan langsung nyari hape lain sebagai pengganti.

Berbekal dengan seluruh kejadian dan pengalaman ini, gue semakin mantap, I can't rely to this thing anymore.
The following decision of choice is a huge stepping stone for me, because I decide to get a new, expensively pain-in-the-ass branded phone. An iPhone.
Gue itu, orangnya suka ngulik, kalo penasaran harus dituntasin sampe ujung, dan biasanya harus selesai hari itu juga saking ngototnya. Ya kalo ada waktu aja sih, tapi dengan era keterbukaan informasi kayak sekarang ini, most likely kita selalu bisa nuntasin rasa penasaran hanya dalam hitungan beberapa jam.
Dulu waktu mau beli Xiaomi atau barang apa pun, pola riset yang gue terapkan selalu sama sih.

1. Riset dasar: Perkaya wawasan soal barang tersebut.

Youtube is the best place to research. Karena nyari pembanding secara visual itu lebih enak daripada baca puluhan artikel sambil ngebayang-bayangin. Jadi, gue kumpulin belasan video dari sumber yang gue tahu reliable & udah terkenal reputasinya. Lalu catet poin penting yang dirasa bisa berpengaruh dalam decision-making.

2. Coba cek testimoni terkait barang tersebut di forum-forum, atau di Youtube juga bisa.
3. Gue selalu cek harga di berbagai toko online terkemuka sebagai ancer-ancer, hanya sekedar biar gak kaget atau ngerasa ditipu karena gap harga. Gue jarang beli online, prefer offline karena selain bisa cuci mata, bisa sekalian ngobrol-ngobrol di store :)

4. Cek kembali hasil compile-an yang udah dibuat, lalu mantapkan hati. Kuncinya, bukan apa aja kelebihan barang tersebut, tapi apakah kekurangan barang tersebut bisa lo terima. Kalo udah mantap, hajar!

Karena sebelumnya gue termasuk dalam jajaran #MendingXiaomi, keputusan ini tentu lahir dengan banyak pertimbangan, selain omelan istri tentunya, he he he he.

Berbekal kepahitan sebelumnya, faktor terkuat yang mempengaruhi keputusan pastinya soal kamera. Kedua, adalah multi-tasking. Dengan OS yang super-stabil, gue belum pernah ngerasain enaknya scroll-swipe-scroll dan berpindah aplikasi satu ke yang lain se-fluid di iPhone.
Di antara hape branded lain, kenapa gue akhirnya hijrah memilih iPhone?
Untuk itu, gue punya beberapa pertimbangan subjektif:

Kenapa bukan Sony?
Gue suka produk-produk Sony, khususnya yang ada hubungannya sama permusikan. Smartphone-nya mereka pun keren, berani beda, dengan desain kotak edgy-nya dan kustomisasi UI yang beda, mereka tetap bersaing dan bertahan sampe sekarang. Hanya aja, gue kurang familiar dan sama sekali gak berpengalaman dengan smartphone Sony. Sekali pun belum pernah megang atau pun swipe-swipe hape mereka yang bernama Xperia itu lho. Jadi ya gue coret.

Kenapa bukan LG?
Simple, walaupun pake stock android, UX/UI-nya mirip-mirip dengan sebagian besar hape cina jaman sekarang. Ngebayanginnya aja, gue udah boring duluan hahahaha.

Kenapa bukan Samsung?
Semua produknya identik! Emang sih S-Pen nya keren, tapi rasanya saat ini belom kepake-pake banget gitu. Selain alasan tersebut, gue gak tahu mau ngapain lagi dengan Samsung beserta UI-nya. Inovasi yang mereka bikin lebih mengarah ke gimmick dan beberapa minor refinements.

Source
Praktisnya, alasan kenapa gue pilih iPhone adalah karena faktor reliability. Punya rasa aman karena reputasi/kualitas serta kinerja produknya yang udah terkenal di seluruh dunia, is one of a good investment. 

Sekarang aja, masih banyak banget lho yang ngeburu iPhone second-ori kayak seri iPhone 4/iPhone 5 dan kinerjanya masih bisa menyaingi kinerja hape keluaran tahun kemarin. Keren gak sih, selalu butuh waktu lama dari setiap (spesifikasi) seri iPhone untuk jadi obsolete atau basi.

Saking seringnya ngikutin review-review smartphone yang beredar saat ini, gue semacam mulai ngerti gimana cara masing-masing brand berkompetisi satu sama lain memasarkan barangnya agar disukai publik, yang mana juga mempengaruhi pandangan/pilihan kita pada suatu produk smartphone.
Pernah penasaran kenapa hape branded selalu lebih mahal?
Untuk mempermudah bahasan ini, biasanya gue selalu mengkotak-kotakan beberapa merk smartphone ke dalam dua kategori, yaitu hape cina/hape keluaran perusahaan baru (Xiaomi, Oppo, Smartfren, Lenovo Vivo, HTC) dan hape branded/penguasa pasar/pemain lama (Sony, Samsung, LG, Apple).

Source
Alasannya adalah: karena riset & budget iklan. 

Di atas kertas, gue beranggapan Apple & Samsung adalah pemain lama, otomatis riset yang udah mereka lakukan ke produk mereka juga pastinya lebih matang, sehingga menghasilkan produk yang bagus juga. Tapi melengkapi itu semua, barang bagus tanpa marketing bagus juga pasti zonk abis.

Terus kenapa hape cina dengan spesifikasi identik bisa dijual lebih murah? Atau lebih tepatnya, apa yang mereka lakukan untuk menekan harga? Banyak banget!

Selain budget promosi yg dipangkas, "gimmick" rilisan spesifikasi terbaru masih menjadi strategi jitu. Downside-nya, ya barang dengan spesifikasi tersebut belum banyak yang pakai. Dengan kata lain, masih minim riset. Suhu hape panas, hasil jepretan ala-ala canvas, baterai berdaya raksasa tapi bocor setengah hari, adalah salah satu contoh minimnya riset.

Mari kita ambil contoh asal produk Xiaomi dengan RAM 6 GB dengan prosesor Snapdragon terbaru quad-core 835. Spek ini jelas unggul di atas kertas. Tapi gimana dengan penampakan aslinya? Udah jadi rahasia umum kalo Xiaomi boros RAM gara-gara MIUI-nya. Alhasil, RAM 6 GB jadi tinggal 3 GB aja. Sementara iPhone, RAM gak usah gede-gede, 3 GB aja, core gak usah banyak-banyak, dual core aja.  Believe it or not, performanya bisa sama lancar dengan Xiaomi dengan RAM 6 GB dengan harga yang terpaut jauh. Kok bisa? Ya, karena perbedaan waktu riset.

Itulah strategi marketing. Ujungnya, akan kembali ke daya beli customer untuk menemukan yang cocok, karena pasar hanya menyediakan beragam pilihan.

Cheers!



Thumbnail:

Hey, it's me again!

Buat kami-kami (gue & istri) yang tiap hari berkutat di dunia perdigitalan dan udah terlanjur kecanduan sama radiasi layar handphone, makin ke sini kok internet rasanya lebih penting daripada beras. Gak deng. Sebenernya lebih penting beras, tapi beras yang bisa buat browsing. Brekekekek.

Setelah menanggalkan title sebagai veteran anak kos, sekarang akhirnya kami mutusin buat kontrak. Dan beruntungnya, kami dapet rumah dengan harga terjangkau di wilayah yang cukup strategis-meski-agak-ndlesep, kami bisa merasakan (kembali) segala kemudahan dan kemasyuran hidup di kampung orang.

Loh iya bener. Di kampung itu, sebenernya lebih enak daripada tinggal di apartemen. Di sini, tukang apa pun justru nyamperin kita. Sebut aja. Tukang kerupuk, tukang galon & gas, mereka yang ngetok pintu kita, ngebantu ngecekin stok kita udah habis atau nggak. Tukang sayur di sini justru rajin neriakkin kita buat beli langsung dari depan pintu rumah, padahal pasar tradisional gak terlalu jauh. Mie ayam, batagor, somay, semua lewat dan mangkal sesuai jamnya walau kita gak pernah pengen.

Sampe akhirnya kami rebahan dan menatap langit-langit, masak sayur, dan makan seperti layaknya keluarga bahagia pada umumnya, kami sadar bahwa ternyata kami tengah terasing dari dunia modern.
EE BANGSAT KOK GAK ADA SINYAL ...
Ide untuk pasang wifi di rumah sebenernya udah langsung tercetus, tapi kendala-kendala yang muncul since kami baru pindah banget sama sekali gak memungkinkan untuk langsung eksekusi.

Sehari pertama adalah hari-hari paling sakaw kuota yang pernah gue rasain. Lah gimana kenyang makan tapi buka google aja gak sanggup. Tenaga yang ada dalam raga ini serasa mubazir, dan gue adalah tipe orang yang gemes banget sama lambatnya bandwidth. I mean, who doesn't? Please somebody kutuk gue menjadi beras maknyus.

Untunglah konter pulsa deket. Gue beli semua provider yang belom bangkrut di 2017. Akhirnya kami berjodoh sama Indosat dan Telkomsel. So far, hanya Telkomsel yang bisa tembusin sinyalnya masuk ke pintu rumah. Tapi harga paketannya kok bikin batal puasa. Di sisi lain, Indosat sebenernya punya harga yang bersahabat. Tapi apa daya, empat device yang terkoneksi dengan hanya mengandalkan tethering ternyata masih kurang reliable. Hari pertama kami tutup dengan penobatan sebagai keluarga jengkol. Cuma bisa misuh-misuh sampe bau.

Hari ke dua, gue langsung ngacir ke Bolt Store untuk meminta pertolongan. Dua minggu pertama nyobain BOLT, kami cukup fine dengan layanan pra-bayarnya yang cukup bisa menutupi rutinitas sehari-hari. Barulah lewat minggu ke-3, dompet mulai ngos-ngosan. Boros coy! Sempat kepikiran untuk beralih ke pascabayar, tapi kok kayaknya gak sesuai kebutuhan ya. Gue yang tergolong heavy-user pun mulai memohon ampun karena 100 ribu per-minggu itu termasuk azab yang luar biasa.
Weekend terakhir di bulan Mei 2017 adalah titik kebangkitan rumah tangga kami.
Buat kamu yang juga baru pertama mau pasang wifi di rumah, semoga bisa sedikit terbantu ya.

1. Riset Coverage Area

Hal pertama yang gue lakukan adalah nge-browse provider internet apa aja yang tersedia, riset testimoninya dan catet semua daftar harga paket berlangganannya.

Dari sekian banyak provider yang gue harapkan, seperti Biznet, Firstmedia, MyRepublic, dan MNC Play, gak ada satupun yang coverage-nya bisa tembus ke rumah. Setelah guling-guling bete selama hampir sejam, tiba-tiba kok pingin banget nambal ban.

Di perjalanan, gue ngeliat ada tetangga 100 meter dari rumah ternyata pasang TV cable bertuliskan INDIEHOME. Gue pikir, gila juga ini orang bangun rumah sendiri tanpa bantuan pemerintah. Anak indie banget! Gue pun langsung batal tambal ban.
Indiehome adalah harapan terakhir.
Tadinya, gue sebenernya bukan fans Telkom, apalagi setelah tahu service internet Speedy itu udah almarhum sejak tahun 2015. Kurang percaya aja gitu gara-gara banyak testimoni negatif di forum-forum. Tapi liat tetangga bisa pasang, ah siapa tahu kan coverage-nya bisa masuk rumah.

2. Hubungi Customer Service

Gue langsung kontak Customer Service Telkom di 147. Sejauh kita telfonan, mbaknya sih ramah dan kooperatif. Dia mau aja gitu bantuin jawab pertanyaan2 teknis yang njelimet. Rasanya gue harus sedikit melunak lah sama Telkom.

Karena sebelumnya udah buka website Indiehome untuk cek coverage area tapi ternyata ribet, akhirnya sekalian aja gue minta operator 147 untuk bantu ngecekin. Dianya sih pesimis ya, karena jarak sumber tarikan kabel dan rumah gue itu ternyata posisinya agak jauh. Tapi dia akhirnya mau kok bantu ngirim dua temen salesnya untuk bener-bener ngecek kebenaran isu tersebut.

Setelah udah setuju deal-deal-an harganya, dia minta gue untuk nyiapin berkas-berkas kayak KTP, KK, surat tanda kontrak, berikut surat PBB dan tanda tangan beserta materai. AH ANJAY, mau pasang internet aja udah kayak mau nikah lagi. Gue dalam hati udah waduh-waduh aja sih, tapi akhirnya tetep lanjut berharap semua itu hanya mimpi. Selanjutnya, mbaknya bilang kalo proses registrasi gue akan segera diproses secepatnya maksimal seminggu dari waktu telepon.

Gue akhiri telfonan kita dengan kalimat "Terima kasih banyak, saya terbantu sekali" agar terkesan profesional serta hati mereka tersentuh. Siapa tahu kan beneran dipercepat.

3. Gak ribet kok!

Macam disamber geledek penuh bandwidth, besok siangnya sales kemarin langsung nelfon gue, minta kesediaan waktu untuk ngecek coverage area. Ya gue bolehin lah, wong kerjaan dia masa gue larang-larang. But, wow. That was really responsive.

Sales pun dateng berdua, dengan romantis mereka mengetuk serambi pintu gue. Mereka minta ijin untuk melakukan prosedur pertama yaitu ngukur seberapa jauh kabel fiber optic yang akan diolor dari tiang listrik sampe ke rumah gue. Gue ampe bingung mau muji tuhan yang mana, yang jelas semuanya ternyata masih memungkinkan. Fiuh.

Proses-proses berkas yang ribet di telfon tadi pun ternyata gak terealisasi. Sales-sales yang baik hati ini bersedia untuk mengerti serta mempermudah proses pemasangan. Karena kayaknya si CS dan Sales ada di divisi yang berbeda deh. Untuk memperlancar proses, sebaiknya sih kamu ke ATM dulu sebelum hari H biar ada stok cash.


Seluruh proses memakan waktu sekitar 3 jam. Gue langganan paket yang paling murah. Hanya untuk jaga-jaga aja karena biasanya pas upgrade gampang, eh downgrade dipersulit, yakni sekitar Rp. 330.000/Up to 10 Mbps (dikali 1000/8) plus biaya administrasi instalasi Rp. 125.000. Tapi setelah dua bulan harganya jadi fix sekitar 400 ribu (?)
Gimana hasilnya?
Hasil yang didapat lebih dari yang diperkirakan. Sering mentok hingga 1 Megabyte per detik jika hanya ada satu smartphone yang connect. Kalo di laptop, kecepatan rata-rata download dan peer-to-peer sekitar 360-560Kb/detik per koneksi.

Jika kamu ingin berhenti berlangganan, tinggal copot aja routernya dan dibungkus ulang yang rapi, bawa ke kantor Plasa Telkom dengan membawa nomor pelanggan yang tertera di bon/invoice.

Gue lega banget karena ternyata gak seribet yang dibayangkan, akhirnya kami pun kembali menjadi manusia modern yang masih bisa makan beras.

Ada pertanyaan? Boleh tinggalin di kolom komentar, dan jangan lupa subscribe blog ini jika kamu suka dengan kontennya biar gue lebih rajin sharing \o/



Hey, it's me again!

Tahu gak sih, dari dulu gue tuh emang selalu penasaran sama salah satu 'fast-food' Jepang yang satu ini.

Baik dari sisi penyajian makanan, sisi fundamental, sampe ngubek sejarahnya pun gue jabanin. Sampe akhirnya gue tau, bahwa Sushi bukanlah nama makanan, tetapi nama metode penyajian.

Metode yang kalo kata wikipedia sih, sushi artinya menyajikan makanan yang terdiri dari nasi yang dibentuk bersama dengan seafood, daging, sayuran, atau bahkan buah pun sering kali ikut terlibat. Nasi tersebut terlebih dulu dibumbui dengan campuran cuka beras, garam dan gula.

Gak tau deh udah berapa dokumenter sushi gue koleksi demi memuaskan rasa penasaran. Hal ini spesial, karena pembuatan sushi begitu dihargai di Jepang. Dan pembuat sushi yang berdedikasi dikenal dengan nama Shokunin.
shokunin Japanese characters
The Japanese word shokunin is defined by both Japanese and Japanese-English dictionaries as ‘craftsman’ or ‘artisan,’ but such a literal description does not fully express the deeper meaning.  The Japanese apprentice is taught that shokunin means not only having technical skills, but also implies an attitude and social consciousness.

Untuk bisa membuat makanan enak, kamu juga harus bisa mencicipi/membedakan seperti apa makanan enak itu.

Menghargai makanan, sama dengan menghargai pembuatnya. Prinsip itu juga yang membuat para Shokunin segitunya terdedikasi. That's what Shokunin does.

Jadi, gimana sih awalnya dulu gue nyasar ke Sushi Tei? Nah, gini ceritanya.

Gue itu, kalo soal makanan terkenal hobi pilih-pilih. Boro-boro sushi, makan sayur asem aja gue perfeksionis banget. Gue musti tau yang gue makan ini sayur asem jawa, betawi, sunda, atau mana? Jadi gue bisa ngukur ekspektasi gue tanpa berbalut rasa kecewa berlebih ((YHA MZ))

Nah, sama juga kayak sushi. Gue dateng ke mall dengan penuh pengharapan dan excitement. Gue berharap pengalaman makan makanan mentah yang mungkin aja pertama dan terakhir kali ini tetap berkesan. Mentah boleh sih, tapi ini kan sushi ya. Masa beneran mentah, paling nggak ini mentah tapi diolah gitu lho.

Akhirnya gue sodorin skenario ini ke pacar pasangan, dia dengan lantang berdiri kayak inspektur upacara lalu berkumandang: SUSHI TEI DOONG!

"WHY SUSHI TEI?"

Gue pribadi, baru pernah makan di tiga Sushi shop, Genki Sushi, Nama Sushi, & Sushi Tei (pernah juga mau coba Ichiban Sushi, tapi pas sampe depan pintu the smells was not so good and I feel doubtful, mungkin ada yang mau nemenin?).

Di Genki Sushi, kita dikasih iPad yang berisi puluhan menu yang bisa langsung dipesen. Klik "OK", lalu orderan kamu akan segera diantar dengan kereta mainan yang ada di atas railway track di samping meja makan kamu. Begitu selesai, tinggal klik 'Billing' di iPad, lalu bayar deh ke kasir. So easy, dan praktis. Hanya aja, menu di Genki Sushi lebih mengerucut ke sushi basic alias gak terlalu beragam jika dibandingin Sushi Tei. Tapi at least, kita dapet porsi yang lebih banyak.

Kebalikan dari Genki, Sushi Tei menawarkan menu sushi-fusion yang lebih variatif. Lengkap dari sushi level basic, hingga yang ekstrim kayak Live Lobster a.k.a makan lobster idup-idup seharga IDR 500 ribuan. (Fuh, untung gak ada Live Octopus di sini). Jadi, kalo lagi pengen banget sushi, thanks to menu yang variatif di Sushi Tei adalah selalu yang pertama kali nyantol di kepala gue.

Nah,  begitu masuk, kamu akan ditawarin mau duduk di table atau sushi bar. Kalo kita biasanya pilih dua-duanya alias duduk di deket table yang deket sushi bar :))

Cara table-dine sama aja kok kayak resto pada umumnya. Kalo di sushi bar, kayak gini nih:


Tinggal ambil menu yang kamu suka dari bar, harganya bisa kamu cocokkan dengan warna piring sesuai dengan yang tertera di menu-book.
 
Oke, udah siap santap nih? Berikut ini adalah 8 menu Sushi Tei yang selalu kita pesen setiap kali di Sushi Tei, lengkap dengan what & why you should try it-kind-of-stuff. Give me your best review ya!

9. Salmon Maki - IDR 22.000
Salmon Maki
What: Fresh/smoked salmon berbalut nasi dengan nori gurih.

Why: Very good as starter. Six pieces daging salmon segar berbalut nasi/nori, serta warnanya yang cerah menjaga nafsu makan kamu tetap stabil sambil siap-siap membangun ekspektasi dari sini untuk siap-siap ke tiga menu selanjutnya. 3 out of 5.

8. Salmon/Kani Tamago Maki- IDR 22.000
Mirip Kani Tamago Maki, tapi kalo yang satu ini Salmon Avocado Maki
What: Variasi lain dari maki-sushi, yang ini punya rasa seger yang beda thanks to the cucumber.

Why: Kalo gak terlalu suka salmon buat starter, variasi Kani Tamago Maki (Crab stick, cucumber, and omelette) yang berisi kepiting, timun, dan telur ini boleh jadi pilihan. Rasanya kurang lebih hampir sama kayak Salmon Maki hanya aja less-raw dan lebih mudah familiar di mulut. 3 out of 5.

7. Tamagoyaki - IDR 15.000
Tuna & Scallion Tamagoyaki
What: Japanese Omellete. Super-sweet telor dadaarrr!

Why: This is the best tongue-friendly-dish that you can get. You will never go wrong with Tamagoyaki. Telor dadar yang tasty dan manis, cocok buat jadi appetizer/dessert dan dipadukan dengan makanan apapun. Selain enak, harga makanan ini juga murah :)

6. Salmon Belly - IDR 22.000
Salmon Belly yang jujur aja bukan di Sushi Tei tapi sama kok
What: Bagian 'perut' salmon dengan tekstur yang lebih fatty, tapi juga paling lembut.

Why: My favorite starter sushi! Ini tuh kayak daging sapi has dalam tapi dalam wujud salmon. Lembut banget, dijamin langsung meluncur lancar ke dalam mulut. Kunyah secara antusias biar makin berasa sensasi daging salmon seger nan' juicy ini. Kalo gue pesen seporsi sih kurang. Definetely 4 out of 5.

5. Half-Broiled Salmon Belly - IDR 24.000


What: Versi 'mateng' dari Salmon Belly dengan tambahan tiga butir salmon roe untuk sensasi asin yang menggelitik (apa sih)

Why: Biar fair, sajian setengah mateng dari Salmon Belly ini bisa kamu jadiin perbandingan. Secara tekstur, yang ini jauh lebih lunak sehingga pas masuk di mulut, it's a massive melt-down through your belly!

4. Chuka Iidako Sushi - IDR 22.000
Chinmi Iidako
What: Juicy baby octopus dengan bumbu yang terbuat dari pasta saus tomat, bawang putih, cuka, minyak wijen, and some special japanese ingredients.

Why:  Saking uncommon-nya, gue pikir bakalan "omg i'm gonna eat a baby and it will end up horrible"-kinda like of taste, tapi taunya pas pertama kali makan, my thought was "omg hmmmmm this is the real seafood!".  

Surprisingly delicious, tasty and full of protein. Gue belum pernah makan makhluk laut yang bertekstur, chewy dan slushy kayak baby octopus ini, and you should try it. 3 out of 5.

3. Aburi Suzuki To Spicy Kani Mayo Sushi (Barramundi & Crab Meat Sushi Roll) - IDR 34.000


What: Lot-lot-lot of slice daging kepiting dibalut dengan kulit kepiting/salmon dan mayonnaise.

Why: Menu baru yang satu ini surprisingly soooooo good in my mouth! Ratusan irisan daging kepiting yang ketika dimakan seketika meledak di mulut ini gak akan berhenti bikin kamu bilang gila-gila-gila-gila-gila-gila-gila-gila-gila-gila-gila sampe akhir hayat.

2. Halibut Saikyou Yaki (Grilled marinated halibut with miso sauce) - IDR 86.000


What: Ikan halibut lembut yang direndam bumbu spesial dan saus miso.

Why: Pernah gak sih ngerasain satu ikan out of knowhere yang selama ini kamu tau cuma buat lauk temen nasi, tapi pas dimakan tanpa nasi rasanya beda banget? Olahan ikan halibut ini jawabannya!

Ikan halibut, ikan pipih purba yang notabene udah jarang banget ditemui ini ternyata enak banget. Very soft and have a comfy taste. Definetely a great pleasure for your mouth. Untuk sekedar side-dish, wajib banget kamu cobain. 5 stars!

1. Fuji Roll (Salmon, Crab stick, and tamago with cod roe mayonnaise) - IDR 39.000

The Majestic Fuji Roll
What: It's a four piece of heaven. Kombinasi salmon dan kepiting yang disiram dengan spicy & tasty colourful mayonnaise ini emang menu yang paling gokil di Sushi Tei. Majestic.

Why: The five stars king and the queen of sushi in Sushi Tei menu. Lucunya, di list sama sekali bukan top picks atau favorite choice, tapi begitu sekali pesen, susah untuk nyingkirin Fuji Roll dalam billing belanja. Untuk kenikmatan Fuji Roll yang maksimal, jangan dipotong, single bite is a must!


Di setiap kesempatan, meski udah disediain soyu/kecap asin/manis dan lada di meja, kita selalu minta tambahan mayonnaise sebagai teman menu. Memesan mayonnaise is a good step, kalo kamu gak pingin kaget-kaget banget sama rasa fresh/raw food yang mungkin baru pertama kali kamu coba.

Tapi sekedar note aja, Sushi Tei ini kalo jam ramai, quality-control terhadap makanannya suka agak ngawur, jadi mendingan coba dateng pas jam-jam bukan prime-time deh . 

Well then, have a good meal!


Thumbnail, I don't own it, credit to Sakhti Life

Tahu gak sih, kalo Snapchat ini dibangun di atas filosofi "Nothing can last forever"? Meski umurnya baru 4 tahun semenjak rilisnya, Snapchat laris manis lho khususnya di kalangan millenials.

"Snapchat's rocks!", they said.

But honestly, gue masih gak paham tentang apa yang mereka maksud. Gue beneran gak bisa menemukan di mana asiknya Snapchat sampe mereka bisa submit at least 100 snaps setiap hari.

100 snaps per hari?! Wtf. Gue posting 5 biji per hari aja udah sukur. Itu juga cuma soal jalan ke Indomaret dan ngaduk kopi.

How often you snap everyday? "Always"
Di U.S, ternyata yang paling aktif di Snapchat setiap bulannya itu justru umur 18-24 tahunan lho. Walah berarti yang abege-abege ini jangan-jangan cuma di Indonesia aja?

https://www.snapchat.com/ads
Well, sampe akhirnya gue pake Snapchat sekitar sebulanan, pelan-pelan gue baru ngerti di mana asiknya Snapchat ini. Kalo sebelumnya kita disuguhin Social Media yang serius-serius, kalo Snapchat ini lebih ke "Fun Channel" gitu. It's quite cool actually.

So, what is Snapchat?

"Snapchat is about communicating with the full range of human emotion—not just what appears to be pretty or perfect. Snapchat is the solution to stresses caused by the longevity of personal information on evidenced by emergency detagging of Facebook photos before job interviews and photoshopping blemishes out of candid shots before they hit the internet."

Itu deskripsi dari Snapchatnya. Hmmmm, kalo summary gue mungkin begini:

Snap, snap, and snap!

It's clear enough, bahwa Snapchat adalah social media berbasis "User Attention".

Tempat di mana kamu bisa kirim-kirim foto dan videos dengan istilah "Snaps". Bedanya, semua foto dan video hanya long-last selama 24 jam. Tenang, kamu bisa nge-save semua snap kamu tepat setelah snap dipost. Tapi setelah itu semua data akan terhapus. Bye bye anxiety!

Dan ngomongin berkirim snaps, kamu punya beberapa opsi nih

1. My Story, semua snaps kamu akan bisa diliat oleh semua temen yang nge-add kamu. Yes, spotlight effect, everyone will see you!

Cool thing about this: Agak beda dengan Facebook dan Twitter, di mana timeline jalan terus secara feed dan real time, bikin post-post lama kamu jadi kelelep khan.

Tapi di Snapchat, sistem timeline ini lebih spesifik. Karena setiap orang yang nge-add kamu, snap kamu akan terus berada di sana seharian. No matter what you post.

Which means, you can do a lot of thing with it! Whatever your shit, they will see it. Just try to give your best, fun, sexy, and cool shits for 'em :)

2. Direct Snaps

Hanya "The chosen one" aja yang bisa lihat snap kamu. Kamu bisa manfaatin buat berkirim snap penting, addresses, resep-resep, atau bahkan live report tanpa harus takut bocor. Snapchat will teach us about trust.

Snap-Chat room

Di sini kamu bisa chattingan sekaligus berkirim snaps. Note aja nih, setelah kamu keluar chat room, semua history chat akan langsung terhapus. Jadi, kalo ada message penting, di-save dulu ya. Tinggal tap-and-save aja kok di message-nya :)

Snap-Chat Video 

Snapchat juga punya live video chat gratis lho. Kalo kamu dan temen lagi online barengan, si icon kuning akan berubah jadi biru. Terus, kalo mau live-video call, tinggal klik/tahan icon video deh.

LDR jadi makin bermakna

Snap-filters

Lewat Snapchat filter ini, kamu diberi kemudahan buat meng-edit, drawing, atau nambah filter sebelum snap kamu siap di-submit. Snapchat ini lumayan sering update sih, jadi filternya tambah banyak dan seru-seru gitu.

Lenses: Filter ini diciptakan untuk kamu yang kecanduan selfie. Tinggal tahan di area wajah kamu,  nnanti keluar kan tuh varian lensenya, trus ikutin deh panduan yang diminta kayak "Raise your eyebrows". Apa artinya? Alis kamu miring kali.

Setelah selesai dipost, kamu bisa save snapnya buat dipake di avatar social media kamu yang lain. 

Mirip sama Jim Root Slipknot
Me tukeran muka sama pacar
Btw, filter "Face-Swap" lagi happening lho sekarang. Itu lho, yang bisa tukeran muka sama temen. Jangan lupa cari yang cakepan yah.

Geo-filter: Caranya tinggal aktifin/allow GPS kamu, bikin snap kamu, lalu swipe ke kanan sampe nemu geo-filternya.


Free Drawing and doodle: Kamu yang hobi gambar dan photoshop, ngegambar di snapchat bisa jadi tantangan tersendiri nih. Banyak juga lho yang sebegini kurang kerjaannya, tapi kreatif :))

Snow White mogok kerja
Yes please, die instead.
Itu baru sebagian kecil sih, buat kamu yang cari trik-trik Snapchat filter, di Youtube sekarang buanyaaaak banget. Jadi tinggal cobain deh satu-satu.

Trophies!

Kalo ada satu hal yang paling menarik buat gue, pasti bagian trophy-nya sih :)

Ya secara demen nge-game, challenge sebusuk apa juga diladenin yekan. Dan luckily, si Snapchat ini punya sistem achievement sendiri, jadi gak usah takut boring karena terlalu sering nge-snap.

Trophy Case!
Yang ngeselin adalah, gak ada penjelasan gimana caranya unlock trophy-trophy ini. Penjelasannya baru keluar pas trophy-nya udah kebuka. Ancat beut.

Seketika jiwa gamer gue langsung bangkit dong, and I keep telling to myself: Yes, we need a cheat, and finally got it from huffingtonpost.

Hahahahaha *evil laugh*

New Trophies:

📧   Email: Verify your email address in Settings.
Apple's Black Telephone  Telephone: Verify your phone number in Settings.
😈    Happy devil: Screenshot one snap.
👿    Sad devil: Screenshot 10 snaps.
👺    Red mask/Japanese goblin: Screenshot 50 snaps.
📻    Radio: Submit a snap to your Live/Local Story.
🎬    Clapper board: Submit 10 snaps to your Live/Local story.
📠    Fax machine: Scan 5 snapcodes. 

Snapchat Score Trophies:

👶    Baby: Your Snapchat score hit 100.
🌟    Glowing star: Your score hit 500.
✨    Sparkles: Your score hit 1,000.
💫    Shooting star: Your score hit 10,000.
💥    Collision symbol: Your score hit 50,000.
🚀    Rocket ship: Your score hit 100,000.
👻    Ghost: Your score hit 500,000. 

Filter Trophies: 
 
👆    Finger pointing up: Send a snap with a filter applied.
Apple's Victory Hand   Peace sign: Send a snap with two filters applied.
🐼    Panda: Send 50 snaps using the black and white filter.
Apple's Snowflake   Snowflake: Send a snap with the temperature filter showing it’s below freezing.
🌞    Sun with face: Send a snap with the filter showing it’s above 100° F.

‘Draw On Your Snaps’ Trophies:

🍭    Lollipop: Send a snap using five or more pen colors.
🌈    Rainbow: Send 10 snaps using five or more pen colors.
🎨    Palette: Send 50 snaps using five or more pen colors.

Video Trophies:

📼    Videocassette tape: Send a video snap.
🎥    Old-school movie camera: Send 50 video snaps.
📹    Digital video camera: Send 500 video snaps.
🙉    Monkey holding ears: Send a video snap without sound.
🔂    Loop once: Flip the camera once in a video snap.
🔁    Loop: Flip the camera five times in a video snap.
🔄    Refresh icon: Flip the camera ten times in a video snap.

Other Trophies:

🔦    Flashlight: Send 10 snaps with your front-facing flash on.
🌜    Half-moon face: Send 50 snaps in night mode.
👹    Japanese ogre: Send 1,000 selfies.
🔍    Magnifying glass: Send 10 photo snaps entirely zoomed in.
🔬    Microscope: Send 10 video snaps using zoom.
🔠    ABCD: Send 100 snaps with enlarged text font.
🍳    Egg in a frying pan: Send a snap between 4 and 5 a.m.

[Pret's-pektif]

So, why people like Snapchat?  Well, gue bisa describe Snapchat dengan tiga alasan berikut ini:

1. Feels authentic

Dengan Snapchat, kita semacam diajarin untuk menghargai informasi, ya lewat kumpulan snap-snap tadi. Rasanya akan lebih meaningful mengingat snaps ini cuma bisa bertahan sehari, jika dibandingin sama Facebook dan Twitter yang notabene will stay there forever.

2. Snapchat is simple to use

Unargueably, Snapchat is simple dan mudah digunakan. Interface yang gak bertele-tele lengkap dengan segudang fitur dan filternya. It's really fun to communicate in Snapchat.

3. Snapchat is about being "naked"

Di Snapchat itu rasanya kayak ditelanjangi. Kayak kamu lagi telanjang di tengah jalan, walapun cuma diem aja, orang pasti bakal liat. Apapun yang kamu snap, semua orang akan liat, feels like personal spotlight gitu. So, use it wisely.

4. Reduces Anxiety

Menurut Snapchat, Snapchat diklaim sebagai Social Media yang mengurangi kecemasan dan less-stressing. 

Pernah dong di satu waktu harus ngapusin status-status Facebook karena besok interview? Pernah dong ngapusin tweet-tweet bekas nyinyir karena takut branding rusak? Pernah dong hape dipinjem-pinjem sembarangan lalu lupa ngapus file-file private?

Nah, Snapchat membuat para abege-abege gak kuatir lagi harus nge-hide data-data secara berkala dan dikepo-kepoin oleh...  emmmm their parents, maybe?

Yea, kamu gak akan ngerasain semua itu di Snapchat, more or less. Since mereka akan menghilang dalam 24 jam.

Eh, kok jadi mellow sih? :))

Mendingan add Snapchat gue di "Masbans" yayaya.

Isinya tentang daily-life gue ke Indomaret, rutinitas ngaduk kopi, sneak-peak blogpost yang akan tayang, and a couple movie-meme.

Sementara masih itu sih, mungkin next time bisa ngaduk-ngaduk yang lain.

See ya!


Bentar-bentar. Yang bener itu nulisnya "Jobdesk" atau "Jobdesc" sih? #dibahas

Ternyata lagi marak banget ya jobdesc tumpang tindih dalam satu jabatan di dunia persosmedan.

Ada yang keburu nyadar duluan lalu menganggap hal tersebut gak adil, ada juga yang pasrah kerja rodi (atas nama) demi pengalaman baru.

So, we're talking about personal standard, right?

Yaaaa kalo ngomongin standard yang bersifat prinsipil kayaknya agak sulit ya. Gue sendiri kerja di sosmed kurang lebih baru 2-3 tahunan. Udah kirim CV ratusan kali ke sana ke mari pun tetep ada tuh yang "dia pikir gue nggak tahu kerjaan gue lalu" nyuruh serabutan.

Kalo take home pay-nya sepadan, ya oke lah. Kalo ternyata gak? Waduh, bisa nombok umur alias tua di kantor tuh'.

Tapi sebenernya kenapa sih mereka begitu? Apa kita yang kurang jodoh sama kantornya? Atau jangan-jangan kita yang kurang riset? Hmmmmm..

Sepengalaman gue sih ya, perusahaan "bisa" berbuat seperti itu karena beberapa alasan:

1. Kantornya belum berpengalaman

Bisa jadi kantornya gak tahu-tahu banget soal jobdesc dari jabatan yang bersangkutan. Kemungkinan besar memang sebelumnya belum pernah ada jabatan khusus untuk bagian digitalnya, dan kamu adalah kandidat pertama mereka. Jadi, agak gagap tuh dia.

Yang mana nih?

Eit, tapi kamu jangan pesimis duluan.

Kamu bisa educate mereka dengan cara yang smooth biar sama-sama enak. Contoh, pro-aktif nyeritain "sejarah" dan udah seberapa pengalaman (semisal udah ada) kamu kerja, kalo interviewernya mentok, biasanya nanti nanya balik kok. Nah, itu bisa jadi kesempatan kamu biar gak keburu "nyemplung" serabutan kan'?

Lancar sampe tahap akhir tapi ternyata tetep harus serabutan dengan bayaran gak sesuai? Boleh (maju) mundur cantik aja, kak. Kecuali kalo emang suka banget sama kantor dan atmosfirnya, nothing will stop you. Jangan dipaksa daripada nelangsa :)

2. Untuk memenuhi persaingan


Hmmm sabar-sabar-sabar, jangan keburu panas dulu.

Mungkin maksudnya soal seleksi alam buat fresh-graduates yang notabene sekarang banyak banget kali ya. Di mata perusahaan, fresh graduates yang belum punya pengalaman sosmed apapun tapi punya skill lain mungkin akan lebih dipertimbangkan.

Anggaplah si kandidat berminat ngisi posisi Socmed Admin, tapi bisa desain juga. Hal ini pastinya mempengaruhi penilaian perusahaan untuk nyingkirin fresh-grads yang pengalamannya "kosongan" atau gak digital-related. Karena kamu belom pengalaman, ya biasanya emang disuruh serabutan dulu tuh sampe akhirnya skill kamu lebih mengerucut.

However, skill di luar jobdesc utama yang dimiliki kandidat itu sebenernya bonus ya, dan harusnya nggak disalahgunakan atas nama ketatnya persaingan dunia kerja.

Bonus skill itu awalnya didapat mostly karena rasa penasaran, bukan biar nantinya siap sikut-sikutan berebut pekerjaan. Semoga kedua belah pihak bisa makin saling ngerti ya.

3. Salah tipe agency

CMIIW, yang butuh "pekerja sosmed" hari ini kan gak cuma satu tipe perusahaan dong? Ada yang e-commerce, media publishing, advertising agency, digital agency, dan lain-lain. Masing-masing punya background yang beda-beda pastinya.

1. E-commerce biasanya menitik beratkan pada sales, SEO, dan demografi (eh kalo salah mohon koreksi ya). Selengkapnya kayak yang ada dalam artikel ini

2. Media publishing itu biasanya penerbitan atau permajalahan ((PERMAJALAHAN)) yang butuh orang sosmed untuk kebutuhan tertentu, tentu modusnya beragam. Bukan, ini bukan soal pedagang baso boraks yang suaranya disemutin itu.

3. Advertising dan Digital Agency sebenernya mirip-mirip, palingan cuma beda di start-backgroundnya aja, kayak yang lagi diomongin anak-anak kaskus di sini.

Masing-masing tipe tersebut (khususnya yang baru expand ke ranah digital) pastinya juga punya alokasi budget yang berbeda. Kalau yang dari awal emang dalam bentuk Digital Agency/Startup, biasanya jarang serabutan sih.

So, kalo persoalan background ini penting buatmu, yaaaa choose wisely ya :D

4. "Nilai Jual" kamu kurang

Udah jadi rahasia umum, kalau seharusnya kita sebagai kandidat dan interviewer harus saling riset terlebih dulu.

Nah yang missed, justru si kandidat ini justru seringnya lupa riset. Karena pihak kantor udah riset segala macemnya tentang kamu, mungkin mereka langsung punya hipotesa sementara tentang seberapa "precious"-nya kamu. Kasarnya, mereka belum sepenuhnya percaya kamu untuk satu jabatan yang spesifik.

Hope so...
Jangan langsung kecil hati, info-info riset mereka itu kan yang ketahuan (yang obvious via sosmed-share dan search-able), yang mereka gak tahu pastinya juga masih banyak kan. Itu bisa jadi kesempatan untuk lebih nonjolin diri (walaupun mungkin akan tetap berakhir ya....... serabutan) dan senjata andalan kamu untuk naikin nilai jual.

5. Emang lagi musimnya
  
Yailah duren kali pake musim-musiman.

Kali ini kita ngomongin corps yang udah berpengalaman ya. Alasannya bervariasi sih, tapi yang biasanya sering jadi hi-lite adalah:

[*] Menghemat budget. Gue gak bilang mereka akan bangkrut ya, tapi seringkali soal efisiensi. 

Yaaa mungkin sebelum kamu ngelamar, si perusahaan itu tiap ngasih gaji selau dibarengi dengan pesta. Nah, kamu apes aja dateng pas si roda perusahaan lagi di bawah :)

[*] Gak punya cukup tempat untuk nampung banyak pegawai. Jobdesc untuk dunia digital sekarang sebenernya lumayan banyak lho.

[*] Terlalu banyak orang malah bikin nggak fokus. Ada yang bilang "terlalu banyak kepala, terlalu banyak pendapat".  Terkadang beberapa pekerjaan emang akan lebih cepet selesai jika diurus oleh satu orang.

Oleh sebab itu, kandidat yang mereka haruslah "the great multi-tasker". Tiap perusahaan pasti punya referensi tersendiri kenapa merapatkan banyak kerjaan di satu orang. Alasannya beragam dan sampai hari ini masih jadi misteri.

[*] Sengaja mempersiapkan satu orang buat jadi all-rounder. Maksudnya adalah, ketika salah satu pos jabatan kosong, bisa di-takeover sementara dulu, sambil nyari ganti kandidat yang memang lebih ahli di bidangnya.

**

Gimana-gimana, udah sedikit tercerahkan?

Kalo (secara gak sengaja) ada kantor yang baca tulisan ini, mudah-mudahan nggak malah dijadiin pembenaran ya :( Karena yang namanya serabutan itu pasti gak enak. Mana ada sih orang kerja dalam kondisi heavy-loaded tapi enak? Demi kebaikan bersama, kalo bisa yaaaa dibikin sama-sama asik aja lah, ya nggak?

Hah, masih ada unek-unek? Share di comment box ya!


Hey, it's me again!

Dan inilah dia review yang paling ditunggu-tunggu orang yang tidak (lah)

Hape ini santer banget diomongin oleh anak-anak perumahan Bukit Duri sebagai hape yang "Yaelah begitu doang" tapi mahal banget. Mereka pun akhirnya sepakat buat menyematkan satu panggilan sayang khusus untuk hape ini:

"MIYAY"

Mungkin panggilan terkasih tersebut berasal dari angka "4" yang terlihat kayak "A", lalu dilafalkan dengan sangat egois menjadi MIYAY.

Tapi emang sih, jadi lebih gampang disebutin. Mungkin di kemudian hari akan segera digunakan sebagai alternatif nama inspektur di banyak sinetron India yang kondangnya adalah Inspektur Vijay, menjadi Inspektur Miyay.

*sekip langsung aja lah ya bro*

Lalu, apa sih yang membuat gue akhirnya stumble upon sama hape ini, lantas (pernah) menjadikannya daily-driver?


Alexander: Eh, hape ini tuh bagus nggak?

Narsih: Yah, tergantung kebutuhan abang. Beli hape buat apaan?

Alexander: Aku bingung, sih (bukan manggil Narsih). Kayaknya saat ini aku cuma butuh kamu deh.

Narsih: Ah, abang...

Alexander: Sih.....

*lalu mereka pun kembali bahagia menyongsong hari esok di depan diskonan toko Oceanic*

Puas enggak, kesel iya. Lalu kita bakal nanya orang lain lagi dengan pertanyaan sama, gitu terus rauwisuwis :)

Etapi, emang bener sih. Yang namanya beli hape baru, itu tergantung nantinya mau dipakai buat apa ((Lho kok malah ikutan juga)). Gini-gini-gini, masalahnya gimana bisa tahu apa kebutuhan kita, kalau nggak tahu jenis hape apa yang udah/akan dibeli?

Oke, jadi masalah spesifikasi hape dong ya? Yap, perang spek yang dilakukan vendor hape-hape murah hari ini makin menjadi-jadi dan bikin bingung.

Tapi tenang, mulai detik di mana kamu baca post ini, mudah-mudahan bisa sedikit mencerahkan kegalauan kamu akan hape inceran. Nggak ada lagi deh' tuh yang namanya salah beli hape, atau ngerasa kena typu-typu sama SPG phone-store.

Yuk, kita jembrengin semuanya di sini :)
Source
Tahu nggak sih, kalau ngekos itu sebenernya khusus untuk yang berkecupukucupukan?

((diulang))

Tahu nggak sih kalau ngekos itu sebenernya khusus untuk mereka-mereka yang lumayan berkecukupan?


Nyari kos-kosan di Jakarta itu gampang-gampang susah. Kamu butuh kesabaran, alokasi waktu yang baik alias nggak bisa dadakan, dan sedikit keberuntungan.

Apalagi sekarang, kota ini mlepek bianget sob. Penuh sama kendaraan. Kondisi ini menyulitkan kamu untuk milih waktu yang tepat buat ngider-ngider cari kos. Karena percaya deh, dimana-mana macet!

Berikut ini, gue mau coba share sedikit pengalaman, tips dan persiapan gue selama cari kost di Jakarta tempo hari.

Langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah, ngumpulin motivasi dan alasan kenapa kamu harus ngekos (biar mantep) dan menentukan wilayah kost yang kamu mau.

Ini penting, untuk merapatkan pilihan-pilihan kamu supaya fokus pencarian nggak buyar. Di Jakarta, jenis tempatnya beragam banget. Tetapi secara garis besar, bisa dibagi menjadi tiga:

1. Daerah sekitar perkantoran/Mall

Kisaran harga normal: 800 ribu-3,5 juta rupiah. 
Freedomness Level: Bebas banget! Apalagi kalau kamu nemu kos-kosan pegawai yang kerjanya pulang malem terus.

Kelebihan: Kemungkinan untuk nemu kos-kosan 50:50. Karena isinya pasti karyawan dan pegawai (Tergantung kamu nyarinya di daerah Mall/perkantoran elit atau nggak) yang gajinya UMR. Berarti, agak susah nyari yang harganya kantong mahasiswa. Pilihan kamu jadi tambah sedikit.

However, karena mayoritas semuanya pegawai, kamu nggak perlu khawatir urusan pribadimu di-kepo-in sama penghuni kos dan sekitarnya. Karena biasanya, yang ada di pikiran pegawai mah cuma makan, tidur, kerjaan dan urusan beres :)

Kekurangan: Kisaran harga sekitar 800 ribu-3,5 juta rupiah. Karena pasti banyak juga yang bawa mobil, ukuran bangunan kos dan harga juga pastinya menyesuaikan. 
Contoh Ilustrasi


2. Daerah sekitar kampus

Kisaran harga normal: 350-800 ribu

Freedomness Level: Tergantung, kampusnya deket komplek apa pemukiman? :p Kalau deket pemukiman, level keponya tinggi sekali. Meski di komplek juga ada "Tamu wajib lapor", tapi gardu hansip biasanya jauh sama tempat kos-kosannya :)

Kelebihan: PASTI BUANYAK KOS-KOSAN MURAH. Harga relatif terjangkau, dan pilihan sangat beragam. Oh, dan kultur pergaulan juga beragam tentunya. Kamu bisa ketemu anak se-perantauan biar bisa sharing-sharing. Atau ketemu pergaulan anak lokal setempat biar kadar adaptasi kamu kian terlatih. Tapi memang lebih bagus kamu survey dulu sih.

Kekurangan: Sayangnya, kos-kosan sekitar kampus biasanya ndlesep ke dalam gang-gang kecil sekitarnya. Dan lagi, kamu harus pinter-pinter ngatur timing pencarian. Kalau kamu nyarinya pas tahun ajaran baru, bisa dipastikan semua kosan penuh sama mahasiwa baru. Gue saranin, usahakan nyarinya sekitar dua bulan sebelum tahun ajaran baru.

Contoh Ilustrasi

3. Daerah pemukiman.

Kisaran harga normal: 300 ribu - 1 juta rupiah 
Freedomness Level: BIG BOO!

Kelebihan: Ini juga relatif, kamu cari pemukiman komplek apa yang bener-bener pemukiman? Soalnya beda kalo di Jakarta :p

Kekurangan: Satu-satunya kekurangan adalah hampir nggak mungkin menemukan kebebasan dan fleksibilitas waktu kalau kamu ngekos di pemukiman. Udah gitu, biasanya berisik, karena saking dempetnya jarak antar bangunan rumah. Karena tempatnya pemukiman, kos-kosan di daerah seperti ini biasanya agak jarang, tapi harganya nggak begitu nyekek kantong kok. Sekali lagi, tergantung tempatnya.

Saran: Sepengalaman gue, cari tempat kos di sekitar pemukiman perantauan orang Jawa/Sunda itu lumayan asik. Karena selain kamu berasa lebih aman, mayoritas dari mereka adalah orang-orang baik dan gak macem-macem :)

Jadikan opsi nomor tiga ini sebagai desperate weapon kamu.

Contoh Ilustrasi

Frequently Asked Question (FAQ) :

1. Tips general nyari kost-kostan di Jakarta apa sih?

First of all, JANGAN CARI DI DAERAH YANG LANGGANAN BANJIR. Hahahahahaha, ini merepotkan, lho. Soalnya banyak daerah-daerah di Jakarta yang setiap tahun SELALU kena banjir. Banjir di Jakarta bisa mencapai 2-3 meter kalau lagi parah-parahnya. Berikut daftar dari daerah-daerah langganan banjir versi Kompas.

2. Kapan waktu yang tepat cari kos-kosan di Jakarta?
Sebenernya nggak ada waktu yang paling optimal, jadi lebih ke nekat aja sih. Soalnya kalau nyarinya subuh atau pagi, orang-orang pada berangkat kerja, macet. Kalau nyarinya siang, puanas banget, bikin kamu cepet capek. Kalau nyarinya sore sampai malem, orang-orang pada balik kerja, udah mau gelap pula.

Paling enak, antara jam 10 pagi sampai sebelum Dzuhur. Hari Rabu dan Kamis bisa jadi pilihan.

3. Kebebasan-kebebasan tadi itu, maksudnya gimana?

Flexibility, of course! Like:

- Aside from religious matter and some other shit, Kos paling asik itu ya kos campur cowok sama cewek. Karena fleksibilitas kamu juga terjaga. Yang anak band bisa kumpul bareng. Yang kerja kantoran bisa bawa lemburan dan kerja bareng.Yakin mau kos di tempat yang gendernya dipisahin? Cari kos apa cari asrama? It's just silly.

- Yang paling penting adalah soal tetangga sekitar. Entah itu yang ngekos ataupun yang di luar, nggak reseh sama kamu. Kamu juga nggak nyaman kan kalo tetangga usil nanya-nanya kepo melulu padahal kamu juga nggak pingin tahu urusan mereka?

- Jam bertamu nggak terlalu ketat. Ada lho kost di Jakarta yang jam bertamunya kayak jam besuk rumah sakit. Bahkan ada yang saking strictnya soal gender, yang punya anak cowok aja nggak boleh ketemu sama bapaknya, kudu di luar ._.

4. Jenis-jenis empunya kos yang harus dihindari itu kayak gimana aja?

Paling enak, kalau si empunya kos itu ibu-ibu berumur sekitar 25-38 tahunan. Karena lebih tolerir (Tergantung orangnya juga sih, pinter-pinter kamu baca orang aja). Yang harus dihindari: Kakek-kakek, ketua RT, kyai, habib majelis, dan sebagian besar orang Padang (Beberapa strict banget sama kaidah agama, cari kos apa mau cari guru ngaji?)

5. Range harga?
Kalau yang pakai AC biasanya 800 ribu keatas. Non-AC sekitar 350 ribu-800 ribu.

6. Rekomendasi daerah kos-kosan?
 (Karena sering main daerah Jaksel/Jaktim) Beberapa tempat di Jaksel yaitu Tebet, Palbatu, Kemang, Mampang/Tendean, Matraman. Kalau Jaktim ada di Pulo Gadung, Otista Kp.Melayu, Utan Kayu, Kayu Jati, Pulo Asem, Jl. Sunan Giri, dan Jl. Balai Pustaka.

**
Ini ada beberapa direktori kos-kosan di berbagai daerah di Jakarta. Sempetin taruh respons di kolom komentar yak :3

http://www.infokost.id/ 
http://kostpedia.com/  
http://www.kostjakarta.com/
Mumpung gue lagi getol-getolnya nyari kosan 2 minggu terakhir ini, gue mau share sedikit pengalaman tentang kos-kosan yg mungkin bisa useful. Meski ternyata hasil akhirnya agak melenceng dari yang direncanakan, yah itung-itung bagi ilmu lah, hahaha.