Otodidak bukanlah sesuatu yang datang dari sekedar kebiasaan, melainkan sebuah sifat dan kemampuan. Pada dasarnya sih, semua orang bisa otodidak. Cuma, seiring beranjak dewasa, seberapa sering orang itu ngasah kemampuan otodidaknya-lah yang jadi masalah. Oleh sebab itu, otodidak bukan sekedar kebiasaan.
Gue termasuk salah satu orang yang kurang setuju dengan penerapan "Priority Seat di KOPAJA & Metromini", karena aturan (di Kopaja dan Metromini) tersebut invisible alias nggak terdeteksi keresmiannya selain dengan kadar kesadaran yang tinggi. 

Dengan ongkos 3000 perak, semua orang mau enak, semua orang mau senang, semua orang mau duduk terus.

Dan gue rasa, hal ini lucu, perlu dibahas, dan beneran menggelitik.


Soal check-sound, hampir selalu diremehkan. Padahal, sukses atau nggaknya performa kamu di panggung, salah satunya ya bergantung pada check-sound nya.

Coba deh bandingin, seberapa sering sound kamu chaos, dan seberapa sering juga sound kamu (luckily) bagus? Oh, lebih sering ke bagusnya? Congrats! Mari kita liat seberapa lama keberuntungan kamu bakal bertahan :p

But, I'm warning you, check-sound bukan satu hal yang bisa kamu anggap enteng. Jadi, gimana sih tips dan cara agar check-sound kamu menyenangkan dan efektif?

Transjakarta (TJ) , digadang-gadang sebagai solusi kemacetan Jakarta yang makin hari makin parah, tapi untuk gue pribadi, TJ hampir selalu jadi pilihan terakhir. Dua alasan aja.

Pertama, gue nggak tahu alasan Transjakarta dibuat. Jalan-jalan besar dan protokol di seluruh Jakarta dirombak habis dan "dibelah" untuk dijadikan Busway. Dimana kenyataannya, jalan sebesar itu aja udah macet parah, ini malah dibagi dua, dan macet tetap terjadi.

Kedua, dari seluruh peta jalur TJ yang mereka bilang strategis dan bisa menjangkau seluruh Jakarta, nyatanya tetap nggak jadi pilihan gue, karena Mikrolet, Metromini, dan Kopaja masih lebih baik.

Mereka bisa menjangkau ruas-ruas kecil dan pelosok gang Jakarta dengan sangat baik yang notabene hampir susah dipercaya keberadaannya (si gangnya). Walaupun armada bus kecil/sedang udah banyak yang kurang memadai dan banyak yang nggak lulus uji kelayakan, warga Jakarta nggak peduli, toh mereka tetap asik-asik aja ikut naik.

Sementara TJ, kita harus rela jalan kaki untuk datang ke shelter terdekat, beruntunglah yang rumahnya di sekitaran halte Busway.

Seenggaknya, itulah hal-hal yang selalu mutar-muter di pikiran gue dulu. Sampai akhirnya, gue riset sendiri, bikin tesis dan komparasi sendiri, plus nge-browse video-video pemaparan Pak Basuki Tjahaja Purnama dan PEMDA di Youtube.

Akhirnya gue sadar, buat sekarang ini, Transjakarta adalah solusi edan yang paling logis.

Sudah masuk pertengahan di akhir tahun.

Untuk sebagian orang, menulis track-record dan hasil resolusi selama setahun dilakukan saat tahun berakhir. Tapi buatku, klimaksnya justru datang saat masih di pertengahan akhir tahun ini, dan aku nggak mau melewatkan momen berharga dan good-mood ku kali ini :)

Saya, Afghan Elbanna. Dan hari ini sepesiyal buat saya.


7-Eleven/Sevel, convenience store Amrik yang kemudian dibayarin Jepang ini pada dasarnya cuma outlet toserba yang nggak ada bedanya kayak Indomart dan Alfamart. Kalo nggak salah sih, pertama kali buka di Jakarta, di daerah Bulungan, seketika langsung menjamur.

Beberapa kelebihan yang dimiliki Sevel, salah satunya adalah re-branding produk seperti: