Hey, it's me again! 

Ya ampun, akhirnya kesampean juga nyasar sampe sini. Padahal mah gak seberapa jauh ya dari pulau Jawa. Hahahaha

Di trip ini, gue dan @dinikopi berangkat tanggal 6 Agustus (yang menurut bli di sana termasuk high season) untuk trip honeymoon ena-ena 5 hari 5 malam, dengan main course Ubud & Seminyak.

Berikut highlight-nya

1. This is my first trip going to Bali
2. Yang bikin spesial lagi, ini juga pertama kalinya ngetrip keluar dari tanah Jawa
3. This is my first time I landed my feet into an Airport lol
4. Of course, this is also my first trip by an airplane too (I didn't threw up but I got an serious headache and stomacache by the time, anak darat suruh nyium awan ya gini ini :))

Dan begitu sampe di Ngurah Rai airport, yaaaah celingak-celinguk khas orang udik nan' kampungan gak bisa terhindarkan lah ya. Ampe toilet yang ada tulisan Bali-nya aja dipotoin. Cause I'm so excited and I do have a lot-lot-lot of things that I wanna share with you, guys. 


First experience Itinerary ini gue bagi menjadi 5 part, meski gak seberapa mendetail tapi mudah-mudahan masih cukup bermanfaat lah ya.

Sebelum berangkat, kita udah book dua penginapan di Ubud & Seminyak via Traveloka semenjak H-7, yaitu:

Di Ubud - Jangkrik Homestay, Jl. Hanoman - Rp. 288.843/night
Di Seminyak,- Hotel Santika, Jl. Sunset Road - Rp. 1.809.180 untuk 4 malam @ Rp.452.295/night

**

15.30 - Kita sampe di Bali sekitar pukul 4 P.M WITA (lebih cepet sejam dari Jakarta), dan langsung pesen Uber buat ke Ubud.

Perks #1: Ada apa dengan Taksi Lokal dan Uber?

(Driver): Halo bu, selamat sore saya dari Uber, posisi untuk penjemputan di mana ya kira-kira?
(Dinikopi): Kita ada di serambi kedatangan Pak, yang gampang buat bapak aja di mana?
(Driver): Ini kita bener mau langsung ke Ubud, bu? Tambahkan sedikit ya bu, soalnya macet. 
(Dinikopi) ohhhh oke pak gak papa
(Driver) Yasudah kita coba ketemu di parkiran blok E aja ya pak, nanti saya kabari lagi
(Dinikopi): Oke pak.

Kita nunggu sekitar 15 menitan, dan sambil ngejelajah parkiran kita agak sering ditanya-tanya taksi lokal dengan frase "Mas, nungguin Uber nih ya?". Ya kita mah iya-iya aja ya, tapi kok muka mas-masnya semacam agak sinis gitu, tapi akhirnya kita tetep lanjut walau Uber Drivernya terlihat agak kucing-kucingan dan sungkan, menyisakan pertanyaan yang nanti akan gue bahas di part berikutnya.


Perjalanan dari Ngurah Rai Airport plus pemandangan tol nyebrang laut yang aduhai ke Ubud memakan waktu sekitar 75 menit dengan rute yang 'katanya macet tapi sebenernya yang dia maksud cuma padat' dengan fare Rp.140.000. Tapi kita udah setuju buat nambahin sedikit, jadi total Rp. 180.000.

16.45 -

Waaaaaah akhirnya sampe juga di Bali! Kesan pertama saat ketemu mas-mas muda yang jaga penginapan, wah begini toh ramahnya orang Bali. Santun-santun nyes gimana gitu. Mungkin karena kita bayar kali ya (dikeplak). Plus, kita dikasih kamar di pojok with more privacy and space. We're so blessed!

Celingukan ke luar, jam setengah 6 sore kok ya masih terang benderang, wah langsung deh cuss hunting our first Bali dinner terdekat: Bebek Bengil!

 18.30 - Bebek Bengil Ubud

Spot kuliner yang satu ini emang udah terngiang-ngiang semenjak di Airport, penasaran seberapa enak sih kalo dibandingin sama Bebek Kaleyo? Hmmm, berikut pesenan kita:


1. Seporsi Bebek Bengil - IDR 125.000 - Nasi putih, bebek goreng setengah badan, tiga macam sambal yaitu sambel cabe goreng, sambel matah, dan sambel bajak, lengkap dengan sepotong semangka dan jeruk buat cuci mulut.

2. Nasi Campur Komplit - IDR 85.000 - Nasi putih, ayam goreng, telur bumbu bali, sate lilit, lawar, dan semacem urap berisi tauge dan kacang panjang bertabur kelapa parut. Nasi campur ini similiar sama nasi kucing di tanah Jawa, yang notabene banyak dijual sebagai fast-foodnya orang lokal.

3. Dua es teh manis - IDR 28.000 @14.000


Buat gue yang biasa pesen bebek muda kremes di Kaleyo, bebek di Bebek Bengil digoreng lebih garing. Karena emang deskripsinya disitu crispy duck, jadi gak heran kalo hasilnya garing krenyes-krenyes gitu. Untuk rasa daging bebeknya sendiri gak seberapa spesial, karena gue gak menemukan rasa manis khas daging bebek yang biasa gue temui.

Untuk nasi campurnya sendiri, sebenernya sama aja kayak nasi warteg dengan aneka macem lauk di Jakarta. Tapi pas perdana nyobain sate lilit di sini, wah lumayan juga nih. Kalo sate pada umumnya dibuat dengancara ditusuk, nah yang ini di dililit. Daging ayam/ikan tenggiri dicincang halus, diramu dengan bumbu khas bali lalu dililitkan ke batang serai/tangkai bambu. Hmm, wajib nyobain!

Meski gitu, I had a very nice meal. Jadi, gue kasih rate 3/5 karena laper berat dan harganya yang memang standar turis.

19.30 - Jangkrik Homestay, Jl. Hanoman

Sambil jalan balik ke Homestay, di Jalan Hanoman dan sekitarnya banyak banget handcraft store yang bebas dibelanjain. Ada dress, ukulele, topi, suvenir, minimarket, dll. Seperti layaknya spot liburan di tempat lain, Try give em' a visit!

Eh, gue mau cerita dikit tentang Homestay ini deh.


Kalo liat berbagai review yang ada di Traveloka soal homestay di jalan Hanoman, rata-rata bilang tempatnya jorok dan kurang nyaman.Tapi untuk kamar di Jangkrik Homestay yang kita tempatin, wah menurut kita kualitasnya udah beyond expectation banget sih.





Dengan rate Rp. 288.843/malam, kita udah dapet kamar yang spacey, shower dengan air panas, wastafel, kasur + selimut yang nyaman, bisa milih mau pake AC/kipas karena dapet dua-duanya, satu lemari pakaian gede, satu rak, satu laci, lampu malam, dan udah include breakfast.

Satu minus dikit, airnya emang agak kecil, tapi air panas bisa 'dipanggil' tanpa tersendat kok. Good job, Jangkrik!

Anyway, karena emang kita di Ubud rencananya gak lama-lama alias cuma semalem, kok ya bingung juga mau ke mana di sini. Monkey Forest? Belanja suvenir? Ah, terlalu biasa.

Eh, setelah googling akhirnya muncul satu tujuan dadakan yakni Bukit Campuhan, sebuah bukit/trekking spot dengan view yang penuh dengan rice field dan ilalang-ilalang yang super hijau. Banyak yang ke Campuhan sekedar untuk olahraga, liat sunrise, atau selfie-selfie cantik.


Really have no idea about what it really is, tapi spot ini ternyata pernah dijadiin area syuting Julia Robert di film Eat, Pray, and Love!

Widiiih makin gak sabar deh, jangan ketinggalan ceritanya di part selanjutnya ya!