http://www.cromoart.de/wordpress/2011/10/external-film-inspiration-no-67/

Akhirnya dapet juga atmosfirnya (thanks to "Tentang Aku"-nya Jingga)

Biasanya sih yang beginian ditulis di tumblr, tapi berhubung segmen di sana lebih ke menye-menye penuh haru dan desahan, jadinya nggak deh.

Buka feed Facebook lalu nggak sengaja mampir ke post http://secret-silence.blogspot.co.id/2015/11/kenapa-tidak-lagi-menulis.html, milik salah satu temen kerja yang menurut-aku-kita-temen-tapi-nggak-tahu-deh-menurut-dia gitu. Dueng, rasanya kayak kesentil-sentil.

Beberapa singgungan di post tersebut semacem jadi stimuli buat keresahanku selama tiga bulan terakhir. 
Source
Tahu nggak sih, kalau ngekos itu sebenernya khusus untuk yang berkecupukucupukan?

((diulang))

Tahu nggak sih kalau ngekos itu sebenernya khusus untuk mereka-mereka yang lumayan berkecukupan?


I need twenty five years to get this cake, and this is the loveliest cake I've ever had. Belum cukup, kue ini dateng bersama sepucuk surat undangan ulang tahun dan korek gas yang isinya masih sisa banyak.


Telat banget emang, nyari-nyari PS2 hari gini.

Yah, namanya hobi. Apalagi sempet gede bareng sama konsol kesayangan yang satu ini.

Jadi ceritanya, beberapa hari lalu gue menyempatkan diri buat beli PS2 di salah satu game-store Arion Mall Rawamangun.

Gue nggak jeng-jeng aja dateng langsung ke sana, melainkan udah riset dan meyakinkan diri selama seminggu.

Is it worthed to buy Playstation 2 this day?

Jawabannya tentu nggak. Pasalnya, PS2 ini kan udah nggak produksi lagi ya. Rasanya hampir nggak mungkin mengingat produksinya yang udah berhenti sekitar Desember 2012/Januari 2013 lalu. Lupain deh bayangan-bayangan bisa dapet mesin original/second. Karena yang beredar saat ini, semuanya adalah versi refurbished/recondition.

Waduh, kok parah juga ya. Emang gimana sih ceritanya kok bisa sampai kayak gitu?

by Christian photography
Makanan yang sapaan akrabnya bernama asinan juhi ini ternyata nggak seberapa familiar lho sebagai jajanan kampung. Gue sendiri dan keluarga biasanya nyebut makanan ini sebagai Mie Juhi.

Terakhir kali gue makan makanan ini tuh udah lamaaaaaa banget, ada kali sepuluh tahunan yang lalu.

Waktu itu, harganya masih sekitar 4000 perak. Itu aja gue setengah mati minta dibeliin bokap nyokap. Maklum belum punya duit jajan sendiri. Sekarang? Harganya sepuluh ribuan, tjoy.

Source
Gue dan keluarga dulu, punya langganan tetap tukang juhi setiap kali siang menjelang. Si tukangnya pake gerobak dan selalu lewat hampir setiap hari ngiterin gang demi gang.

Dulu beli beginian mah gampang banget. Siang-siang kan' enaknya makan kering-keringan sambel kacang gitu. Bosen juga kan kalau harus beli ketoprak sama gado-gado terus.

Secara mengherankan, di masa sekarang tukang ini justru sangat susah dicari. Katanya udah jarang banget yang lewat secara gerobakan. Kebanyakan hanya mangkal di beberapa tempat tertentu kayak pasar tradisional.

Kok bisa ya kurang laku?

Mungkin karena packagenya yang "terisolasi" jadi terkesan nggak menarik. Karena notabene ini jajanan kampung, kayaknya mayoritas orang kampung kita masih nggak kepikiran buat nyebarin informasi makanan ini di sosmed. Jadi nggak begitu terkenal deh :)

Di ulasan berikut, gue mau bahas Asinan Juhi yang format"jalanan" ya. Maksudnya yang beredar di kampung-kampung gitu, karena formatnya beda sama asinan juhi yang (mungkin) dibuat a la restoran.

Asal usul Asinan/Mie Juhi

Ada yang bilang asinan ini khas negeri Cina, ada juga yang bilang bahwa makanan ini adalah khas Betawi. Sebenernya nggak perlu diperdebatkan juga sih, mengingat Betawi adalah hasil kultur serapan dari negeri Tiongkok.

Tapi, kalo dilihat dari namanya, juhi memang berasal dari bahasa Cina yang berarti Cumi. Kuliner ini adalah salah satu favorit masyarakat Cina pada masanya.
Rujak Shanghai
Kalau dilihat dari elemen makanan yang dipakai, sekilas Asinan Juhi memang mirip Rujak Shanghai yang aslinya dibawa oleh urban Cina di Indonesia.

Rujak Shanghai berisi potongan gurita yang direbus, teripang/mentimun, kangkung, lalu disiram oleh kuah merah seperti saus tomat, lalu ditambahkan acar, bengkoang dan sambal sebagai pelengkap.

Kalau dibayangin, rasanya bakalan asem-asem seger gimana gitu ya. Gue sendiri belum pernah nyobain sih :)

Apaan sih Mie Juhi?
Konten dasar dari Asinan/Mie Juhi itu berisi mie kuning basah, kol, tauge, wortel, sawi asin, potongan mentimun, kerupuk mie/kerupuk kuning, irisan kentang, disiram oleh bumbu kacang, gula jawa cair, sambal, dan suwiran Juhi tentunya.

Tapi ini format dasar banget ya. Kalau asinan Juhi versi professional, biasanya lebih beragam bahannya.

Juhi kering
Yang penasaran sama Juhi, Juhi adalah cumi/sotong yang dikeringkan lalu diberi garam. Kalau kata abangnya sih, nyari cumi buat Juhi itu nggak bisa sembarangan meski jumlahnya banyak. Harus nyari di kali yang bersih dan dateng sebelum jam lima subuh :)

Pas gue tanya di mana dia bisa dapet Juhi tiap hari, ternyata doi juga belinya di toko. Katanya ada juhi kalengan yang udah jadi :))

Soooo, udah kebayang belum rasanya kayak apa?

Meski namanya asinan, rasa yang dominan itu justru manis lho. Yah, mirip-mirip bumbu ketoprak gitu deh saus kacangnya. Tapi yang ini lebih tasty karena ada paduan antara segernya mentimun, renyahnya kerupuk kuning dan kinyis-kinyis dari irisan kentang rebusnya. Kalau dirasa terlalu manis, bisa banget ditambah sambel, kok.

Kira-kira gini penampakannya plus suwiran Juhinya, minus kerupuk kuning nih ya
Juhi emang disebut-sebut sebagai aktor utamanya, tapi menurut gue, justru nggak pake juhi pun nggak apa-apa. Karena cita rasa yang dominan manis ini justru keluar dari kombinasi bumbu kacang dan gula jawa, serta netralnya rasa mentimun, mie, kerupuk, dan irisan kentangnya.

Tapi kalau kamu termasuk yang baru pertama kali nyoba kuliner ini, wajib banget pakai juhi biar tahu sensasinya :)

[Pret's-pektif]

Kapan sih waktu ideal buat makan kuliner yang satu ini?

Siang-siang bolong, sob! Jangan lupa es teh manis gelas gede dan minta banyakin kerupuk kuning plus sambel kacangnya.

Udah ngiler belom? Pasti ngiler dong, Mischa Chandrawinata aja nggak kuat.

Biar komplit, simak juga video resep dan cara membuatnya di sini. Terus tunggu video rekaman cara bikin mie juhi asli dari abang-abangnya yang akan gue upload di lain waktu ya.

Yang lagi di Jakarta dan udah penasaran ngebet banget mau nyobain, untuk penjual juhi "jalanan" biasanya banyak ditemui di terminal-terminal bus kota dan pasar tradisional. Kalau untuk yang versi resto, bisa dateng ke beberapa lokasi berikut:

Asyinan Ny. Isye
Jl. Kamboja 3 No.12, Rawamangun, Jakarta - http://www.zomato.com/id/jakarta/asinan-ny-isye-rawamangun

Eat & Eat
Gandaria City, Lantai 2. Jl. Sultan Iskandar Muda, Gandaria, Jakarta Selatan
Pejaten Village, Jalan Warung Jati Barat No. 39, Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta

Asinan Bang Tata Veteran
Jl. Veteran (berjualan di depan Ragusa Es Italia), Jakarta Pusat - 085220104183

Rujak Juhi & Asinan Dapur Betawi
Kelapa Gading Mall 3, 3rd Fl Unit 13 Jl. Boulevard Kelapa Gading, Jakarta Utara

Rujak Juhi Petak Sembilan
Kawasan Pasar Petak Sembilan, Jalan Pancoran, Glodok, Jakarta Barat

Sujud syahwi deh buat Ironhide Games. 

Pasalnya, awak-awak Game Studio dari Uruguay ini membuat satu game Tower Defense terkeren yang pernah gue mainin, ever.

Semenjak salah satu sekuelnya digratisin sekitar bulan April lalu buat Android, kayaknya game ini boleh gue nobatkan sebagai mobile game tower-defense paling jahat.

Kenapa? Karena racun banget!


Source
Sebagai pelanggan Smartfren semenjak tahun 2012 lalu, rasanya agak durhaka ya kalo gue nggak pernah sekalipun bikin personal review tentang gadget-gadget mereka.

Salah satu gadget Smartfren yang mau gue review berikut ini adalah Andromax Z, versi paling kompetitif dan paling kakak diantara seri Andromax lainnya. 

Katanya sih baru akan keluar versi terbarunya sekitar pertengahan 2015 nanti. Tapi gokilnya, sekarang ada limited offer dari Smartfren berupa diskon harga buat Andromax Z ini, lho. Semoga pas kamu baca review ini belom telat ya dapet promonya.

So, mari kita lihat apakah Smartfren Andromax Z ini cocok dengan kebutuhan kamu atau nggak :)

Source
Tahu kan gimana rasanya blog ancur kamu mendadak direview orang? Nah, ya gitu itu rasanya. Postingan berikut ini ditulis oleh Immanuel Lubis, dan kontennya gue copas plek-plek-an dari sumbernya langsung dari sini.

Seperti Brad Pitt

Hari ini adalah hari paling memuakkan karena beberapa antrian mobile game bagus yang udah ngebet gue install terancam gagal. Kenapa? Karena ini:

"ERROR: Insufficient storage available."

"Perasaan RAM gue gede deh, terus internal memory sama phone memory-nya juga masih sisa banyak, kok gini terus sih?"


Merantau ke Solo dengan modal 500 ribu perak-udah-termasuk-ongkos, ditambah resiko terancam nganggur sebulan itu serem juga, lho.

Pasalnya, dari awal gue tahu Solo pastinya bukan kota korporat kayak Jakarta, yang mana lapangan pekerjaannya lebih menjanjikan serta dibuai gaji yang menggiurkan.

Solo itu kotanya para pedagang dan wirausaha, sob. Di sini bukan tempatnya gedung-gedung berlantai 33 yang pintu masuknya pake gesek kartu. Gedung tinggi di Solo tuh cuma ada dua jenis, kalo nggak Luwes (pusat belanja), pasti sisanya hotel.

Lha, kok masih nekat?

Yaaaa namanya juga nyari rejeki halal. Sekali-kali nyari duit yang nggak bau knalpot boleh kan? :)

Ceritanya ...

Karena gue nggak dibekali dengan sumber daya yang menjanjikan seperti laptop dan koneksi internet, satu-satunya cara nyari lowongan di sana adalah dengan metode konvensional.

Yak, gue harus bangun pagi demi mengejar koran terhangat dalam genggaman. Karena lewat sejam aja, abis deh itu koran buat bahan rumpi penghuni rumah, dan musti nunggu malam hari buat ngobrak-ngabrik koran dengan pantat nyaman.

Mading Kantor Pos
Plus, gue harus rela mondar-mondir ke kantor pos demi ngecek ketersediaan lapangan kerja di sana. Dari nyatetin alamat kantornya, bolak-balik ke warnet buat nge-print CV, sampe akhirnya nyemplungin lamaran di meja resepsionis dengan raut muka tanpa keyakinan.

Karena gue sadar, ngelamar kerja tahun 2013 harusnya nggak sebegininya sih.

Gue juga senantiasa selalu lupa berdo'a. Habis gimana ya, gue lebih percaya usaha gigih dan prediksi realita sih. ((BOLEH TEPUK TANGAN))

Genap dua minggu tanpa hasil, gue geram dan berontak............ dari kasur. Asik kali ya kalo maen-maen ke Pasar Kembang. Siapa tahu siapa yang tahu.

Eh, ternyata bener.

Salah satu perusahaan di areal ruko sana sepertinya menjanjikan kesempatan buat gue. Meski plang PT-nya ketutupan pohon, gue harus yakin bahwa hal tersebut bukan merupakan indikasi kesialan.

Areal Ruko
Tanya-tanya dikit ke resepsionis, ternyata perusahaan ini bergerak di bidang pengajaran robotika.

Langsung aja riset sana-sini, eh ternyata sepupu gue pernah kerja di sana. Wuih, makin gampang aja dong ya. Dengan berbekal cerita sepupu gue yang bilang bahwa dia baru kerja dua hari terus keluar, gue tetep mantep nggak peduli.

Selang tiga hari, lamaran gue segera tersulap jadi panggilan interview. Hore.

Setelah hampir dua jam chit-chat sama Kepala Cabangnya, kita akhirnya setuju buat saling memperkerjakan. Ciyeee yang dapet kerja di Solo :')

Konon, bisa kerja di suatu PT di Solo itu jadi kebanggaan tersendiri buat orang lokal, lho. Mengingat di sini memang surganya wirausaha dan dagang-dagang cantik.

Hari kedua kerja, foto-foto nggak boleh khilaf
Sekelar tanda tangan kontrak "nggak boleh minggat" selama dua tahun, bersedia ekskul keliling ke berbagai sekolah, serta wajib serabutan jadi petugas piket kantor, masa training gue jadi guru robotika selama sebulan pun dimulai.

Kesasar jadi guru...

Meski masa training baru lewat dua hari, I still have no idea what robotic is, tapi gue sadar apa yang gue pelajari sekarang nantinya akan gue "forward" ke murid-murid yang belajar di LPK ini, which is jadi tantangan terbesar di pekerjaan ini.

"Gimana caranya biar hal serumit robotika bisa dijelaskan dengan gamblang pake bahasa yang dimengerti anak-anak?"

Gue terus-terusan mikirin hal tersebut sampe nggak terasa masa training seminggu gue kelar, tanda dimana masa on-job training gue dimulai.

Hari perdana on-job training, kayaknya hal pertama yang harus gue lakukan adalah meng-observe tipikal murid-murid yang belajar di sini.

Ternyata, yang sering datang ke LPK kebanyakan murid-murid kelas TK hingga kelas 3 SMP. Dan karena gue baru masuk, gue dapet jatah ngajar anak-anak kelas TK sampai kelas empat SD (ajah).

Emang dasar nggak punya basic apapun di bidang robotika, gue sempet pesimis duluan. Karena di hari pertama on-job training, gue kebagian anak kelas 2 SD yang dikenal "killer" di LPK ini, Jason namanya.

Killer bukan berarti seneng nyekek orang kayak Jason Statham, tapi Jason adalah anak paling manja di sini. Terkenal sering ngerengek dan hobi buang-buangin mainan kalo lagi stuck nggak bisa ngerakit robot.

90 menit jam pelajaran akhinya selesai juga dengan durasi ngambek hampir 40 menit sendiri. Fiuh, hari pertama akhirnya lewat juga meski agak gagap :))

How to be a good teacher?

Setelah lewat empat hari, gue baru paham apa yang mereka maksud dengan istilah "robotika" di sini.

Ternyata, robotika yang dimaksud adalah, memahami seluk-beluk suatu mekanisme melalui simulasi robot/program (software), baik manual maupun yang terotomatisasi. Seperti mekanisme persneling, katrol, pengungkit, pergerakan mesin kendaraan, dan lain-lain.

Dari sini, impresi awal yang gue tangkap mengenai definisi robot pun berubah total. Dari yang awalnya ngebayangin Optimus Prime dan Megazord, berakhir jadi simulation-kit yang peralatannya minjem punya Fischertechnik. 
Salah satu contoh Fischer Kit
Gue jadi kepikiran, gimana ya perasaan anak-anak yang terlanjur bahagia liat brosur-brosur LPK yang mostly pake gambar robot keren a la Transformers dan Pacific Rim, dan ternyata berakhir dengan miniatur edukasi di luar perkiraan mereka?

Mungkin sempet kecewa, tapi yah toys still a toys :)

Lalu, untungnya apa sih belajar robotik?

Di era yang hampir semua "ketertarikan anak kecil" dipindah ke dunia digital kayak sekarang ini, menghasilkan sebuah kebiasaan jelek yang gue sebut dengan "berpikir instant".

Tahu dong, apa yang disuguhkan gadget termasuk segala informasi di dalamnya, selalu dieksekusi secara instant. Tinggal pencat-pencet opsi tombol yang ada, result akan datang dengan sendirinya. Membuat anak-anak terlatih buat berpikir cepat tanpa mengalami suatu proses dan progress.

Nah, robotika ini bisa jadi alternatif buat mengatasi hal tersebut.

Di edukasi robotika tahap dasar, anak-anak dilatih buat menemukan solusi dari sebuah masalah dan meningkatkan level berpikir logis yang dididik dari rasa penasaran. Rasa penasaran tersebut bikin anak jadi "gatel" dan terus-terusan banyak nanya, menghasilkan generasi muda yang lebih kritis terhadap cara kerja suatu hal.

Hal tersebut tentunya nggak bisa lepas dari kualitas dan peran pengajar yang baik. Berikut empat poin penting yang gue pelajari:

1. Memahami karakterisitik anak adalah nomer satu, ilmu itu nomer kesekian.

Pepatah "percuma pinter kalo nggak ada yang ngerti" tampaknya tepat diaplikasikan ke kasus ini. Karena daya tangkap dan cara komunikasi anak beda-beda, pengajar harus pinter menyelipkan pelajaran di sela-sela ngobrol.

Gimana biar bisa ngobrol dengan baik? Ya harus ngerti anaknya. Ilmu serumit apapun, kalo dia nyaman sama kita, dia akan banyak nanya kok sampe dia bener-bener paham.

Setelah kamu paham dan menyerap vocabulary si anak saat ngobrol, bahasa "robotika" atau pelajaran apapun dengan versi yang lebih mudah dipahami akan muncul dengan sendirinya.

2. Ngertiin anak-anak itu bukan soal durasi, jadilah aktif.

Rasa asing di tempat kerja baru atau ketemu orang baru itu sebenernya hal biasa, tapi kadang justru menjadikan kita pasif.

Cara paling mudah ngertiin anak-anak itu, sering-seringlah diajak ngobrol, jangan nunggu anaknya ceriwis. Gali hal apapun yang sekiranya bisa jadi topik pembicaraan dan anaknya tertarik. Kalo udah deket, biasanya mereka mau terbuka buat cerita hal-hal yang lebih personal.

Tapi ati-ati, kalo kasusnya anak-anak perempuan, mereka bisa jadi lebih sensitif. Sebisa mungkin hindari ngobrol dengan topik personal kecuali kamu udah bener-bener paham karakternya.

3. Jadilah dedikatif dan fleksibel

Setelah kamu tanda tangan kontrak, disitu adalah momen dimana kamu setuju menjadi pengajar. Pengajar/guru selalu erat kaitannya sama dedikasi.

Dedikasi yang dimaksud adalah, jangan males-males! Apalagi kalo hubungannya dengan pelajaran. Inget, segala apapun yang kamu omongin saat jadi pengajar akan diserap oleh anak-anak. Karena anak-anak kan nganggep kamu gurunya :)

Kadang ada pengajar yang nggak mau susah dan cenderung copy-paste. Bahasa yang diajarkan trainer saat training, disampaikan secara persis dan mentah-mentah ke anak-anak. Mau ngerti atau nggak, yang penting edukasi tersampaikan.

Nah ini nih.

Jangan males-males mikirin dan meramu ulang bahasa pengajaran. Capek memang, mengingat daya tangkap dan cara komunikasi anak-anak beragam. Inget lho, kan kamu udah setuju buat jadi guru dengan segala konsekuensinya :)

4. Stay calm and encouraging

Ada kalanya anak-anak juga ngerasa nggak percaya diri, frustasi sama pelajaran, dan ngerasa dirinya nggak cukup mampu buat menyelesaikan sebuah masalah. Kamu juga nggak boleh kebawa nge-down dan apatis mentang-mentang nggak ada atasan yang tahu dan tetep terima gaji.

Ini adalah tugas kamu untuk tetap nyemangatin si anak. Bukan cuma soal nama baik perusahaan aja, tapi ini juga soal nama baik kamu sebagai orangtua kelak. Bikin jokes ringan dan cerita-cerita konyol biasanya bisa jadi obat penyemangat yang ampuh.


A month later ...

Widih, ternyata pembelajaran gue di LPK ini belom berhenti. Ternyata masih ada level training yang lebih advanced lagi, yakni bidang mekatronika/mikrokontroler (CMIIW).

Namanya juga kenangan, pasti ada ngeblurnya lah :)
Pololu 3PI
Jadi, di level ini gue baru kenal tentang kayak gimana teknik solder-menyolder, bikin saklar mini buat aktivasi robot balap, pembacaan sensor, dan pemrograman lewat software Atmel AVR. Kalo nggak salah, kitnya pake merk KAI-ROBOT dan POLOLU. Imporan Korea dan Ameriki, lho.


KAI ROBOT

Nah, edukasi ini dilanjutkan dengan membuat robot-balap sendiri yang nantinya bisa mendidik si anak jadi lebih kompetitif dan berani bersaing. Mengenai orientasi apakah ilmu ini akan bisa dipergunakan di dunia pekerjaan nantinya, sepertinya masih agak ngeblur.

But still, ini keren banget! Kalau aja setiap materi fisika di SD/SMP ada simulasi robotiknya, anak-anak sekarang mungkin jadi lebih kritis ketimbang hobi nge-fans sama dangdut koplo.
[Pret's-pektif]

Jadi, gue belajar apa aja nih?

1. Yang terpenting, gue jadi kenal berbagai karakterisitik anak yang belajar di LPK tersebut, terutama dari segi pergolakan emosinya. Dari mulai yang lokal sampai yang interlokal, dari yang pendiem sampai yang cengeng, semuanya bikin gue sadar bahwa jadi pendidik itu nggak mudah.

Semua cuma soal apakah anaknya gagal terdidik, atau tenaga pengajarnya yang kurang terdidik?


2. Ini pertama kalinya gue kebagian serabutan piket di kantor sendiri. Membuat gue makin sadar, kita harus bisa prihatin di segala situasi.

3. Meski semua pengalaman robotika ini nggak kepake di pekerjaan gue sekarang, at least kalo ditanya kenapa roda kendaraan harus bulet, kenapa persneling pake beraneka ragam gear, dan gimana cara pintu otomatis di mall-mall bekerja, gue pasti bisa jawab.

Cheers for the power of sharing \o/
Source
Saking seringnya mondar-mandir ke toko buku, salah satu konter yang selalu menarik perhatian gue tak lain dan tak bukan adalah konter musiknya.

Bukan karena instrumen yang dipajang kece-kece mengkilap, tapi soal pemandangan siswa-siswi SMP/SMA yang kerap kelihatan bingung pas milih gitar akustik buat tugas keseniannya.

Kadang cuma bisa terkikik geli karena orangtua yang mereka ajak pun sama-sama nggak ngertinya. Akhirnya, gitar "tanpa kepribadian" pun diboyong secara ngasal ke rumah.

Lewat postingan ini, gue mau share serunya menelusuri seluk-beluk memilih gitar akustik yang wajib diperhatikan.

Sayang lho, momen beli gitar pertama kali harusnya jadi sesuatu yang berkesan, kali aja gitarnya bisa awet sampai dua atau lima tahun ke depan, ya nggak?

Jakarta, sebuah kota di mana semua perantau mendambakan hidup layak.

Sebuah kota korporat di mana gedung-gedung tinggi bercokol dengan segala hiruk-pikuk politiknya. Ditambah ritme hidup perkotaan yang serba cepat, jadi cukup membingungkan buat sebagian orang yang ingin mencoba liburan ke sini.

Terus, kenapa masih mau liburan ke Jakarta?
Source

"Ah anying kalah melulu, dadu gue nggak beres! Angka sama kepingin gue nggak pernah sama!"

Gue aja aslinya udah stop main semenjak dua minggu lalu. Eh, sehari sebelum tulisan ini rilis, kok rasanya pingin aja login lagi. Pas udah masuk, ternyata gue dapet "Welcome Back Prize" gitu berupa pendant, card pack, sama 200 diamond! Wuih, jadi seger lagi dong ya.

Jangan-jangan kalo udah lama nggak login sekitar semingguan, selalu dapet prize ini kali yak? Sebulan bisa dapet 800 diamond dong?!

[Oke skip]

Berhubung keseluruhan cara main Get Rich udah dirangkum di tutorialnya, ternyata masih banyak aja yang betah kalah. Mudah-mudahan, Dice Control Guide berikut ini jadi cara pertama yang tokcer untuk ngebantu kamu membunuh boring dan frustasi karena kalah melulu main Line Let's Get Rich.


Apa sih yang terpikir pertama kali saat menyebut kata "martabak"?

Cemilan segala usia yang terkenal oleh kentalnya adonan isi martabak diayak ((DIAYAK)) dengan sangat ahli oleh si empunya martabak, kres-kres garingnya kulit digoreng dengan tingkat kematangan diluar akal sehat, membuatmu rela menjual diri untuk berlangganan setiap kali mampir.

Dari penampakan dan rasanya pun hmm.. Indonesia banget kan? Eh, maaf salah kamar, martabak ternyata bukan asli Indonesia.

Asal Muasal

Martabak adalah sajian khas dari Negeri India. Lalu menyebar dan terkenal juga di Arab (terutama di wilayah Hijaz) dengan nama Marthabaqa (مطبق) yang artinya "terlipat".

Waktu itu, membuat martabak menjadi wahyu penting untuk kelangsungan hidup umat manusia. Mengingat hal tersebut juga sesuai dengan anjuran orangtua yang mengajarkan betapa pentingnya menjunjung tinggi harkat, derajat, dan martabak.

Makanan khas ini lalu menyebar hingga ke Yaman, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Indonesia. Soal siapa yang pertama kali dan tahun berapa dibuatnya martabak hingga kini masih menjadi misteri.
Di Indonesia, martabak berkembang menjadi dua jenis; martabak telur dan martabak manis. Di tanah Jawa, martabak manis lebih dikenal dengan nama kue bulan/Terang Bulan.

Terus apa yang membuat martabak manis kalah populer dengan martabak telor?

Konon, membuat martabak manis nggak memerlukan skill khusus untuk menjadikannya enak. Tinggal kocok adonan, tuang, dan berikan toping apapun favoritmu. Satu-satunya faktor yang mempengaruhi enak nggaknya martabak manis adalah racikan adonan tepung dan seberapa besar loyang yang kamu pakai.

Hal ini sangat berseberangan dengan saingannya martabak telor, yang membutuhkan beberapa keahlian (yang kebanyakan juga turun temurun) khusus dalam meracik isi martabak dan menjadikannya magnet pelanggan.

Lalu, apa aja yang menjadikan racikan martabak telor sangat sakti?

1. Guru Tepung yang sulit dicari

Sebenarnya, kamu memerlukan seorang guru khusus yang bisa mengajarimu membuat kulit martabak secara mumpuni. Agak mustahil jika kamu berusaha membuat tepung secara otodidak tanpa guru yang handal.

Berikut beberapa bocoran syarat dasar pembuatan martabak yang harus kamu penuhi :

1. Punya dua tangan
2. Ada tepungnya
3. Ada penggorengan
4. Ada yang beli

Setelah syarat tersebut terpenuhi, kamu perlu mengetahui apa aja karakterisitik kulit yang sempurna. Kriteria kulit martabak yang sempurna mempunyai adonan tepung yang elastis/gemulai sehingga gampang dilebarkan, nggak terlalu tebal, dan nggak terlalu tipis, agar nantinya mudah matang dengan kerenyahan sempurna.

2. Harus Mahir Membanting

Maksudnya bukan jago banting hansip ya, tapi banting adonan. Ini nih susah-susah gampang, karena dibutuhkan latihan rutin yang mungkin menyita waktu skripsi kamu dan komunikasi terhadap orangtua.

3. Penguasaan penuh pada telapak tangan

Kalo kamu jago main marawis, pasti sering mukul-mukul tepi-tepiannya kan? Nah, koreo telapak tangan buat bikin kulit martabak mirip-mirip dikit lah. Kamu bisa cek live-report selengkapnya di sini.

Note: Yang bikin martabak sepertinya anak SoundCloud..

4. Harus pandai mengukur tenaga

Kontrol tenaga sangat diperlukan untuk menentukan hasil kulit martabak yang baik. Skill ini mempengaruhi tingkat efektifitas kamu dalam membuat kulit yang rapi, dan mengurangi potensi ketebalan adonan jadi kurang merata, atau yang paling buruk, kulit martabak malah bolong.

Tenaga yang berlebih saat membanting adonan akan berdampak terpelantingnya tepung ke muka pelanggan. Pertimbangkan juga seperti apa muka pelanggan saat kamu berencana memelantingkan adonan ke wajahnya. Kalo udah, upload di Path.

5. Membaca arah angin

Membuat martabak saat badai berlangsung adalah ide yang buruk. Cek terlebih dahulu kecepatan angin sehingga kulit yang akan digoreng bisa tepat masuk ke penggorengan. Ahli menerbangkan tepung martabak nggak akan membuat daganganmu laku.

6. Gelas pengocok isi martabak harus logam

Sengketa Freeport yang nggak kunjung kelar membuat bahan logam menjadi cukup langka. Para peracik martabak handal tahu benar bahwa martabak yang lahir dari bahan langka pastinya punya keunikan tersendiri.

Wadah pengocokan isi martabak biasanya terbuat dari gelas alumunium/logam berukuran besar, karena jenis bahan yang digunakan untuk wadah bisa mempengaruhi rasa isi martabak. Hindari menggunakan gelas plastik dan bahan lainnya untuk mempertahankan rasa dan perasaan yang diinginkan.

7. Takaran yang dipelihara turun temurun

Populasi pembuat martabak hari ini cukup memprihatinkan. Pesatnya perkembangan zaman dan teknologi secara drastis membuat warisan dan minat keturunan pembuat martabak mulai terpinggirkan (edgy).

Kamu juga tahu kan, resep apapun yang dipelihara secara turun temurun punya ke-autentikan tersendiri. Itulah kenapa pembuat martabak yang nggak berketurunan, jenjang karirnya berakhir kurang memuaskan. Mari berharap pemerintah lebih konservatif dalam memelihara warisan dunia ini.

Anyway, takaran mengocok yang salah bisa mengakibatkan isi martabak terlalu encer, sehingga nggak mampu mempenetrasi pori kulit martabak secara merata. Sakti banget kan? \o/

Ngomongin Solo dan Jogja, pasti nggak bisa lepas sama kata "Wedangan". Wedangan adalah salah satu spot kultur populer yang selalu mengundang rasa penasaran si perut lapar bin keroncongan.

Buat beberapa orang, mungkin terlihat biasa aja sih. Tapi buat mereka yang mendambakan ketenangan, kangen bisa makan di pinggir jalan dengan nyaman ditemani sejuk sepoi-sepoi dan makanan murah meriah mengenyangkan, wedangan bisa jadi sangat spesial.

Source

Whiplash, mungkin tetap jadi satu-satunya yang harus gue nobatkan sebagai film terbaik tahun kemarin.

Bukan karena dia abis menangin segudang awards, tapi karena kemistri dan aftertaste. Kalo Dinikopi bilang, film-orgasm :))

Contohlah film-film khas Marvel yang notabene selalu mendominasi tiap tahunnya, tapi kemistri tersebut justru nggak terasa seperti saat nonton Whiplash. Begitu film habis, yaaa gitu aja, ilang, tapi enggak di Whiplash. Gue sempet nggak mau liat video apapun lagi karena masih mau ngabisin orgasm, saking brilliannya si ending.

Tapi di post ini, bukan soal review kok. Mungkin kamu pingin tahu beberapa cerita yang ada dibaliknya.

Source

Gue mulai aware tentang keberadaan Twitter hashtag (#) itu justru setelah setahun pake Twitter, sekitar tahun 2010. Padahal, hashtag ini udah populer di era awal kemunculan Twitter tahun 2007. Eh, ternyata tambah booming lagi semenjak Trending Topic mulai jadi ukuran kesuksesan influence/campaign sebuah topik.

Tetapi, icon tanda pagar ini kayaknya bukan pertama kali ada di Twitter, seinget gue di MIRC juga ada. Fungsinya pun sama kayak Twitter, untuk ngelompokkin sebuah topik. 


Sebelum meluncur ke bawah, udah pada baca postingan pendahulunya belum?
Di situ dibahas gimana caranya memahami interaksi Twitter terhadap akun kamu. Itu penting, karena jika interaksi kamu dan Twitter udah sejalan, apapun yang kamu lakukan di platformnya akan berjalan mulus. Kayak kamu sama pacar aja. Eh, ada nggak pacarnya?

Ngomongin bikin tweet yang tepat, itu relatif. Tapi ujungnya selalu sama, yakni nyari engagement/interaksi. Jadi, satu benang merah yang gue bahas di sini, tweet yang tepat adalah tweet yang bisa memancing interaksi.

Nggak pernah ada pakem yang saklek soal gimana bikin tweet yang tepat. Tapi kalo soal penyebab kenapa tweet kamu nggak tepat dan berakhir jarang diretweet, naini.

1. Tweet kamu nggak tepat keyword


Kalo kamu baca postingan sebelumnya, komunikasi dasar yang dilakukan Twitter terhadap kita adalah dengan clicks (retweet/fav, etc) dan keyword.

Gimana caranya menghasilkan clicks? Tentu keywordnya harus tepat.

Triknya, kamu bisa selipkan beberapa keyword yang search-able atau bahkan google-able dalam setiap tweet kamu. Contoh:
Tweet 1 : "Hiburan begini ini harusnya dilarang (link video youtube goyang dumang)" 
Mistakes: Nggak berkolerasi dengan isi linknya, karena tweetnya berbentuk opini. Sementara topik pokok dari apa yang dibahas, harusnya bisa lebih diperjelas lagi.
Tweet 2 (keyword): "Anak metal harus suka goyang dumang (link video youtube goyang dumang)"
Benefit: Ada beberapa keyword yang berpotensi (interaksi di tweet tersebut juga tetap diperlukan) menaikkan engagement, "Anak", "Metal","Anak Metal", "Goyang", dan "Goyang Dumang". Coba kamu search di twitter, pasti hasil search buat masing-masing keyword banyak.

Kita nggak akan tahu kapan orang iseng ngutak-ngutik search-box. Dan tweet yang isi kalimatnya gampang di search biasanya punya engagement lebih tinggi dari yang sebaliknya, karena bisa nge-reach twitter user yang bahkan nggak follow kamu sekalipun.

2. Ngetweet di jam-jam sepi

Engagement selalu erat kaitannya dengan pasar/market dan tipe followers. Kalo kamu di Indonesia, pasti nyari crowd Indonesia dong. Nah, tinggal diliat follower kamu tuh pada melek dan molor jam berapa aja. Catat dan rekam, hari-hari dan waktu kapan aja yang bikin interaksi akun kamu tinggi.

Akan ada satu momen, saat kamu ngetweet di hari yang sama, tapi hasilnya beda. Misal, ngetweet hari Jum'at sekarang, tapi Jum'at minggu depan hasilnya beda, padahal jamnya sama.

Untuk itu, analisa segala elemen yang ada di satu tweet yang udah kamu buat. Mulai dari susunan kalimatnya dan topik apa yang lagi dibahas. Ngetweet di jam sepi pastinya ngurangin engagement, dan boros ide. Itulah gunanya fitur Schedule tweet :)

3. Tweet kamu kepanjangan

Kita mesti bersyukur sekarang udah ada dua fitur retweet; RT quotes dan RT general. Dulu waktu belum ada RT general, orang ribet banget mau retweet, karena harus nyisain tiga karakter huruf biar cukup (kata "RT" dan satu spasi)

Kalo dibandingin, hasil engagement jaman dulu dimana cuma ada RT quotes pasti lebih kecil dari yang RT general kayak sekarang. Karena orang Indonesia 90% males kalo suruh edit-edit. Ini baru soal minusnya.

Plusnya, ternyata ada perbedaan masukan data diantara kedua tipe RT tersebut. Semua tweet yang kamu RT quote, statsnya (Engagement/impression,dll) akan masuk ke kamu. Sementara RT general (buat si pemalas), statsnya akan masuk ke pembuat tweet yang kamu retweet. Rugi banget kan?

Ngomongin tweet kepanjangan, hal tersebut seringkali menandakan kalimat yang kamu pakai kurang efektif. Thanks to guru SD Bahasa Indonesia kita

Tweet yang bertele-tele bikin orang kurang berminat buat baca. Apalagi notabene pemakai Twitter adalah orang yang "nggak punya banyak waktu", scroll-scroll timeline dikit terus liat tweet panjang pasti langsung dilewatin. Berkuranglah satu paket engagement kamu.

Kalo kamu mau concern terhadap tipe followers yang satu ini, ya berlatihlah bikin kalimat efektif yang lebih baik :)

4. Tweet kamu nggak tepat pasar

Maksudnya pasar di sini adalah konsumen/followers kamu. Gue aja pas liat analytic kemarin, lebih banyak ngernyit dahinya daripada percayanya. Emang sih, di analytic tersebut ada disclaimer yang menunjukkan bahwa data-data analytic followers ini nggak bisa dijadikan pedoman valid, karena cuma estimasi.

Inti masalah dari poin ini adalah "Apa yang kamu tweet nggak sama dengan ketertarikan followers kamu". Gue kasih beberapa contoh kasus:

Kasus 1:
Akun A (personal/brand), dibikin untuk mencurahkan hobi si pembuat, anggaplah soal musik. Dari awal sampai sekarang, dia pun tetep ngetweet musik, followersnya nambah dan tetep ada, retensi-nya pun bagus. Semua bahagia.
Judgement: Mau ini akun personal atau brand, akun ini konsisten, tarik ulur engagementnya nggak akan terlalu fluktuatif. Karena ketertarikan dan motivasi followersnya jelas; mau tahu info musik.
Kasus 2:

Akun A (personal), tadinya dibikin untuk ngeshare pengalaman-pengalaman si pembuat soal musik. Followersnya pun nambah karena info dari akun ini menarik.

Tapi kemudian tweets dari pembuat mulai bergeser ke topik lain, tapi ini pun juga disukai. Lantas, jenis followernya pun jadi beragam; followers musik dan followers topik lain.

Yang followers musik jadi nggak suka, akhirnya unfollow, atau bisa juga sebaliknya. Tinggal ngeliat lebih banyak mana, jumlah yang unfollow atau yang tetap follow.

Yang jadi masalah, si pembuat jadi galau karena engagementnya pecah. Dia harus mutusin apakah dia tetap jadi diri sendiri, atau ngikutin interest follower, atau balikan sama mantannya aja.
Judgement: Ada faktor krusial yang perlu diperhatiin, yakni Mood. Mood akan sangat berpengaruh sama akun yang lagi kamu pegang, apalagi kalo akunnya seserius akun brand. Konten yang kamu buat biasanya sering hilang arah. Kesimpulannya, akun ini nggak konsisten.

Kasus 3: 

Akun A (brand) adalah akun yang dibuat untuk kepentingan perusahaan, tapi juga terus ngikutin trend. Untungnya akun ini "No sentimen" (nggak punya kecondongan yang membatasi), istilahnya bisa nyelip-nyelip ke hal apapun.

Walau labil selalu ngikut trend, ekspansi konten dari brand ini akan selalu mengerucut sama brand yang dibawanya. Itulah kerjanya tim kreatif.

KitKat's Twitter Content
Judgement: Akun model gini pasti akun gede. Yang diliat udah bukan lagi jenis akun, tapi seberapa kreatif orang dibelakang brand ini mengusung brandnya sambil diterjang-terjang ombak trend. Contoh: @KitKat
Dari dua kasus diatas, kita bisa tahu ada dua macem jenis akun; Akun konsisten dan nggak konsisten. Akun konsisten biasanya akun brand (Samsung, etc). Akun nggak konsisten biasanya akun hybrid/personal, jadi akun ini hobinya ngikutin trend dan ngetweet macem-macem sesukanya.

Kenapa bisa tetep laku? Karena akun hybrid (harus) punya ciri sendiri. Konsisten terhadap ciri khasnya bikin dia unik dan tetep laku. Contohnya: Akun twitter gue. *nyengir*

Masalah mood, ada beberapa solusi. Misal, membagi ketertarikan kamu ke tiga akun Twitter yang berbeda. Kamu bisa tetep ngetweet semaunya tanpa takut karakter akun personal kamu tercampur-aduk.

5. Kamu jarang nyamber

Nggak ada aturan yang menyebutkan kamu nggak boleh sok-kenal-sok-dekat di Twitter, jadi ya sah-sah aja.

Samberlah siapa aja, idola kamu kek, temen kamu kek, atau gebetan kakek. Setiap interaksi yang terjadi pastinya diitung, malah biasanya dapet bonus yang diharapkan semua orang kalo memang tweet kamu pun bagus; sebuah follow-back.

Ntap nget.

Masih ada pertanyaan? Boleh langsung komen dibawah atau mention ke @banbanpret ya :D






Hey, it's me again!

Di post ini, gue mau nyoba sotoy ngomongin hasil observasi Twitter Analytic tempo hari lalu. Yang belum nyoba, langsung aja ke http://analytics.twitter.com/

Semuanya emang berasal dari rasa penasaran. Kayak apa sih penilaian Twitter terhadap akun kita? Terus apakah hasilnya valid? Ayo kita bahas bareng.

Pasti sering dong ngerasain beberapa hal ini:

1. Tweet gue tuh bagus, tapi kok gak pernah ada yang retweet ya?
2. Tweet nggak penting punya orang, retweetannya banyak terus, apa karena follower?
3. Pingin dapet follower, tapi retweetan dikit, otomatis tweet gue nggak banyak nyebar. Gimana dong?

Nah makanya, dengan adanya Analytic ini, diharapkan bisa ngebantu kamu memahami cara interaksi Twitter terhadap akun kamu.


Twitter Analytic berisi berbagai macam data statistik aktifitas Twitter suatu akun yang interval waktunya bisa kamu ceki-ceki sendiri. Di bagian atas ada empat tab dasar: Tweets, Followers, Twitter Cards, dan Tools. Yang mau gue bahas, soal Tweets dan Followers.

Di Tweets, kamu bisa lihat ada beberapa analisa statistik yang menarik. Kamu bisa tahu prestasi akun Twitter kamu di data yang paling kanan, kayak berapa kali dapet impression per hari, retweet per hari, favorite per hari, etc.

TWEET ACTIVITY

Di bagian Tweet Activity, ada tiga elemen penting yang jadi pakem (data masukan) Twitter:

1. IMPRESSION: Jumlah dari pemakai Twitter yang melihat tweet kamu.
2. ENGAGEMENT: Jumlah dari berapa banyak user yang berinteraksi dengan tweet kamu.
3. ENGAGEMENT RATE: Persentase dari jumlah Engagement dibagi jumlah Impression.

Kita bahas satu-satu.

1. IMPRESSION

Impression adalah jumlah dari pemakai twitter yang MELIHAT tweet kamu. Ini terhitung dari saat si user buka timeline, atau bisa juga saat ngeklik tweet kamu.

Maksimalisasi Impression:
User yang buka timeline dan liat tweet kamu, berarti orang tersebut juga harus online berbarengan dengan kamu. Otomatis, kalo kamu ngetweet di jam-jamnya orang banyak online, impression pasti gede. Tapi itu juga tergantung dari berapa banyak followernya.

Followernya 1000, tapi kalo tiap hari yang online cuma 25, impression kamu nggak akan lebih dari 25, itu pun kalo semuanya online. Kalo nggak, ya pasti dibawah 25. Jadi, kamu harus hafal kapan prime-time follower kamu online setiap harinya.

2. ENGAGEMENT

Engagement adalah jumlah dari berapa banyak user yang BERINTERAKSI atau melakukan sesuatu dengan tweet kamu. Ngomongin engagement, erat banget kaitannya sama clicks. Berikut beberapa sumber masuknya data engagement:

- Setiap clicks (dari manapun) dari retweet, favorites, reply, atau apapun yang terjadi sama suatu tweet, engagement naik.

- Setiap kali suatu tweet tersebar/ter-expand. Misal, reply/conversation beruntun, di retweet dari berbagai lapisan lokal dan interlokal, menyebarnya hashtag, dan jadi Trending Topic (Yaiyalah ini pasti udah kesebar jauh banget, TT cuma jadi semacem Award aja). Lagi-lagi ini juga soal click.

- Setiap kali Avatar di-click lewat suatu tweet.

- Setiap kali akun lain nge-click tombol follow lewat suatu tweet. Pasti ngeh dong kalo ada tombol follow di setiap tweet?


  
Singkatnya gini.

Suatu tweet, pasti berisi beberapa elemen. Ada avatar, username, links, hashtag, tombol reply, fav, retweet, follow ya kan? Pokoknya, setiap salah satu dari elemen yang ada dalam tweet tersebut "diapa-apain", itu akan diitung sebagai engagement.

Maksimalisasi Engagement:

Satu-satunya cara adalah membuat Tweet yang tepat. Baik secara "Market" atau menyesuaikan dengan jenis follower. Walaupun sebenernya ukuran tweet yang tepat itu relatif banget. Seperti apa tweet yang tepat itu, nanti gue bahas di postingan berikutnya aja ya.

Nah, dari Impression dan Engagement Rate inilah, hasil total dari seberapa powerfulnya akun kamu bisa dilihat, yang disebut dengan Engagement Rate. Sekarang kita masuk ke tab Followers.

FOLLOWERS TAB

Di sini, kamu bisa lihat betapa beragamnya pengikut kamu. ((PENGIKUT)). Di situ ada beberapa sub-bahasan kayak Interest, Gender, dan Location.

1. Top Interest

Top Interest itu untuk mengetahui sebenernya followers kamu itu tertarik sama hal apa aja. Jadi ini bukan soal "Followers senengnya kamu ngetwit apa", tapi "Followers kamu adalah orang yang suka nge-tweet (apa misalnya)". Nah, si "Apa misalnya" tadi adalah hasil dari stats Top Interest. Ati-ati keliru.
Dari mana Twitter bisa tahu hal apa yang menarik buat kita? Kan nggak ada di bio?
Good question. Jawabannya adalah dari keyword. Twitter mencatat semua topic keyword yang pernah/sering kamu bahas lewat tweet, terus dirangkum deh. Contoh: Music, politik, masak, resep, gitar, band, etc. Karena semua pada akhirnya akan jadi kecenderungan dan jadi keyword.
Keyword adalah bentuk interaksi Twitter terhadap kamu.
2. Your Followers Also Follow

Ini semacem suggestion aja sih. Twitter merangkum kemungkinannya dari Top Interest tadi. Jadi kalo kamu mau follow orang-orang yang punya interest sama kayak followers kamu, nah itu dikasih sarannya.

Persentase yang ada di situ, adalah jumlah followers kamu yang ngefollow akun yang disarankan tadi.

3. Gender

Gender ini penting buat tipe akun (biasanya Brand) tertentu. Biasanya buat menentukan "Market" atau konsumen. Atau bisa juga buat ngetwit galau dan romansa. Gender still sales.

Pertanyaan lagi: "Dari mana Twitter bisa tahu jenis kelamin kita? Kan nggak ada di bio?"
Obviously, dari email. Kamu daftar Twitter pake verifikasi e-mail kan? Nah, di e-mail kamu masukkin jenis gender kan? Nah.


[Pret's-pektif]: "Kamu nggak perlu heran terhadap sosmed-sosmed yang rasanya pinter banget bisa nilai kebiasaan/ketertarikan kita, padahal semua datanya kamu lah yang masukkin sendiri. Dan dalam hal ini, kamu dan twitter punya cara interaksi yang sama, yakni lewat Keyword dan Clicks."

 thumbnail from:
Source
Hari gini gitu lho, 7-Eleven udah kayak pengganti orangtua. 

Mau makan minum, ke sevel. Mau kasih sayang, nongkrong di sevel biar dapet jodoh. Mau buka wawasan atau kerja remote, ada wifi di sevel. Mau ngerampungin skripsi rombongan atau ngungsi kebanjiran? Sevel buka 24 jam. 

Mau berak? Sevel pasti punya kamar mandi. Mau ngeplak kepala sekolah? Keroyokin aja di sevel, nggak ada yang peduli juga.

Selama ini ngikutin test-test kepribadian gitu hasilnya serasa nggak ada yang valid sama gue. Terus iseng-iseng main ke http://www.16personalities.com dan woaaa.. mencengangkan.

I am ISTJ, termasuk personality yang cuma ada 13% dari total penduduk dunia. *Bangga gitu*

Source
9 Februari 2015, beberapa daerah di Jakarta khususnya Jakut, dilanda genangan yang lumayan parah. Tapi untung, kosan gue di Jaktim nggak ikut kena kayak tahun lalu :))

Makasih banget Pak Jokowi-Ahok. 

Tapi teuteup aja ada orang-orang ciprik yang tekun menyalahkan pejabat khususnya Pemda setiap kali rumahnya kebanjiran. Yang lucu lagi, yang komplain ini biasanya orang-orang kaya yang tinggal deket bantaran kali dan sungai.Tabungan rokoknya kebawa banjir, katanya. Ehm.

Anyway..

Karena hujan yang awet semenjak jam sepuluh malem kemarin, udah pasti gak bisa kemana-mana dong, selain sekrol-sekrol timeline Twitter.

Karena sebagian besar yang gue follow adalah pekerja sosmed, blogger, dan penulis, satu highlight yang dibahas adalah, soal mereka-mereka yang bersyukur bisa kerja di rumah. Bebas dari basah, kejebak banjir, dan telat masuk kantor. Ini menarik buat gue.
Source

Istilah Cover, atau mungkin bisa diartiin dengan membawakan karya orang lain sebenernya bukan hal baru. Malahan, berkat cover, inovasi-inovasi baru bisa terlahir dengan sangat memuaskan.

Contoh, memasak. Banyak orang yang masih berpedoman sama resep orang, banyak juga yang eksperimen buat menghasilkan resep baru dari masakan yang sama.

Tapi yang mau gue omongin sekarang adalah cover-meng-cover di dunia musik.
Source

Berhubung demam typhoid kali ini adalah yang terburuk dan paling lama sembuh dari typhoid sebelumnya, kayaknya akan bagus jika pengalaman gue ini di share.

Jadi ceritanya, gue udah mulai sakit semenjak tanggal 26 Desember 2014 dan baru bisa recover hari ini, 24 Januari 2015. Ini adalah typhoid ketiga (yang bukan gejala) gue. Yang pertama itu waktu kecil, kedua tahun 2013 lalu, dan sekarang kena lagi.

Awal cerita dimulai di jam setengah sembilan pagi di hari Sabtu, ketika gue terpaksa harus bangun buat mengungsikan motor ke rumah sebelah karena banjir di depan kosan udah setinggi 30-40 cm (se-paha/se-perut orang dewasa). Nah, sebelum gue dibangunin dan mandi, selama ganti baju itu gue udah ngerasa sempoyongan. Karena track-record tiga hari lalu gue memang nerobos hujan terus-terusan meski pakai mantel, plus begadang ngerjain kerjaan. Ditambah besoknya musti bangun pagi-pagi banget karena kaget, ya kalian bisa bayangin lah rasanya.