Solopos.com
 "Miskin itu kondisi hidup, sederhana itu gaya hidup." -Cak Lontong.

Saat lagi rame-ramenya dukungan capres membrojol di sosmed, gue sempet ikutan berdeklarasi secara jelas bahwa gue positif dukung Pak Jokowi.

Tapi kok, makin hari makin kesini, intensitas ocehan perihal copras capres ini agaknya jadi berlebihan. Nggak facebook, nggak twitter, nggak juga Path. Seperti bakteri muntaber, berentetan, bikin mual, dan nggak salah juga kalau disebut latah. Gue rindu topik-topik ringan khas twitter user yang berbau geeky, resep masakan, travel-shares dan backpacking. Semua lenyap terbuyar oleh berondongan "senapan update" soal pencapresan ini.


Pertama kali gue liat X-Men versi film, kesan yang terlintas adalah kalimat "Khas X-Men". Beda kayak gue nonton film lainnya sekelas Pacific Rim, Robocop, atau bahkan Amazing Spiderman yang bikin gue teriak "Anjrit", "EBUSET", atau "Keren bener ini film". 

Maaf ya X-Men, saking cintanya sama tokoh Marvel sejak kecil, filmmu masih dibawah ekspektasi. Jadi kalo kalian tanya gimana film X-Men, jawaban gue ya "Khas X-Men".

Selain ada beberapa point dibagian timeline yang kacau, buat gue yang selalu otomatis ngebandingin karakter komik dengan wujudnya di film, kehadiran muka-muka baru di X-Men ini menjadi penyegaran tersendiri. Anyway, spoiler alert yah.

Sekalian ngingetin, bahwa ini tulisan ini nggak nyeritain sinopsis, tapi lebih ke personal view aja :)

Seberapa sering sih kamu buka website resmi KAI di http://www.kereta-api.co.id/?

Jarang pasti.

Kalau udah ngomongin mudik, lebaran, saat-saat menjelang ramadhan, dan sebagainya, orang pasti kalut duluan. Satu-satunya yang ada dipikiran hanyalah dateng ke stasiun, pesen tiket, pertimbangan harga, kalau cocok tanggal, ya hajar. Selain ngomongin biji salak sama es buah, tentunya.

Konvensional sekali, khas "masyarakat pemudik Indonesia saban mau lebaran" banget. Gaptek. Hahahahaha, maaf, lho. Padahal ya sebenernya cuma masalah nggak mau ubek-ubek informasi, dan belajar.

Ini terbukti dari masih SANGAT BANYAKNYA jumlah antrian di depan loket reservasi tiket konvensional. Padahal tepat disebelahnya, ada loket "PENUKARAN STRUK/ONLINE TICKET", yang luar biasa kosong, sampai kamu masih bisa sholat Ied disitu ampe tahun depan. SAKING KOSONGNYA, INI GILAK.

Kayaknya PT.KAI memang lagi getol-getolnya ningkatin pelayanan dan efisiensi pegawai. Karena sekarang banyak fitur baru dan kemudahan metode pemesanan tiket yang sosialisasi informasinya sangat kurang banget.

Kalau kata Dinikopi sih, ini akibat dari kecenderungan menyebarnya informasi untuk kalangan negeri aja, padahal persentase pemudik/pengguna jasa kereta api kalangan swasta jelas lebih banyak. Emang hari gini berapa manusia yang masih dengerin radio RRI?

**

Jadi ceritanya, gue sama Dinikopi mau merayakan anniversary kita di Solo. [Lalu terdengar choir dari kejauhan yang meneriakkan ciyeeeeeee sambil melolong Werewolf]

Solo lagi, solo lagi. Kemaren bahas Jokowi, sekarang bahas Solo. Abis gimana dong, Solo enak. Rasanya sejam tidur disana waktu kayak berhenti sejenak. Mirip Harvest Moon gitu, kalo masuk kamar, waktunya berhenti. HAHAHAHAHAHA.

Eh, tadi sampe mana?

Oiyak, jadi kita memutuskan buat tolak dari Stasiun Senen, karena memang paling deket sama kediaman ((KEDIAMAN)) kita berdua, lalu turun di stasiun Lempuyangan.