Source

"Ah anying kalah melulu, dadu gue nggak beres! Angka sama kepingin gue nggak pernah sama!"

Gue aja aslinya udah stop main semenjak dua minggu lalu. Eh, sehari sebelum tulisan ini rilis, kok rasanya pingin aja login lagi. Pas udah masuk, ternyata gue dapet "Welcome Back Prize" gitu berupa pendant, card pack, sama 200 diamond! Wuih, jadi seger lagi dong ya.

Jangan-jangan kalo udah lama nggak login sekitar semingguan, selalu dapet prize ini kali yak? Sebulan bisa dapet 800 diamond dong?!

[Oke skip]

Berhubung keseluruhan cara main Get Rich udah dirangkum di tutorialnya, ternyata masih banyak aja yang betah kalah. Mudah-mudahan, Dice Control Guide berikut ini jadi cara pertama yang tokcer untuk ngebantu kamu membunuh boring dan frustasi karena kalah melulu main Line Let's Get Rich.


Apa sih yang terpikir pertama kali saat menyebut kata "martabak"?

Cemilan segala usia yang terkenal oleh kentalnya adonan isi martabak diayak ((DIAYAK)) dengan sangat ahli oleh si empunya martabak, kres-kres garingnya kulit digoreng dengan tingkat kematangan diluar akal sehat, membuatmu rela menjual diri untuk berlangganan setiap kali mampir.

Dari penampakan dan rasanya pun hmm.. Indonesia banget kan? Eh, maaf salah kamar, martabak ternyata bukan asli Indonesia.

Asal Muasal

Martabak adalah sajian khas dari Negeri India. Lalu menyebar dan terkenal juga di Arab (terutama di wilayah Hijaz) dengan nama Marthabaqa (مطبق) yang artinya "terlipat".

Waktu itu, membuat martabak menjadi wahyu penting untuk kelangsungan hidup umat manusia. Mengingat hal tersebut juga sesuai dengan anjuran orangtua yang mengajarkan betapa pentingnya menjunjung tinggi harkat, derajat, dan martabak.

Makanan khas ini lalu menyebar hingga ke Yaman, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Indonesia. Soal siapa yang pertama kali dan tahun berapa dibuatnya martabak hingga kini masih menjadi misteri.
Di Indonesia, martabak berkembang menjadi dua jenis; martabak telur dan martabak manis. Di tanah Jawa, martabak manis lebih dikenal dengan nama kue bulan/Terang Bulan.

Terus apa yang membuat martabak manis kalah populer dengan martabak telor?

Konon, membuat martabak manis nggak memerlukan skill khusus untuk menjadikannya enak. Tinggal kocok adonan, tuang, dan berikan toping apapun favoritmu. Satu-satunya faktor yang mempengaruhi enak nggaknya martabak manis adalah racikan adonan tepung dan seberapa besar loyang yang kamu pakai.

Hal ini sangat berseberangan dengan saingannya martabak telor, yang membutuhkan beberapa keahlian (yang kebanyakan juga turun temurun) khusus dalam meracik isi martabak dan menjadikannya magnet pelanggan.

Lalu, apa aja yang menjadikan racikan martabak telor sangat sakti?

1. Guru Tepung yang sulit dicari

Sebenarnya, kamu memerlukan seorang guru khusus yang bisa mengajarimu membuat kulit martabak secara mumpuni. Agak mustahil jika kamu berusaha membuat tepung secara otodidak tanpa guru yang handal.

Berikut beberapa bocoran syarat dasar pembuatan martabak yang harus kamu penuhi :

1. Punya dua tangan
2. Ada tepungnya
3. Ada penggorengan
4. Ada yang beli

Setelah syarat tersebut terpenuhi, kamu perlu mengetahui apa aja karakterisitik kulit yang sempurna. Kriteria kulit martabak yang sempurna mempunyai adonan tepung yang elastis/gemulai sehingga gampang dilebarkan, nggak terlalu tebal, dan nggak terlalu tipis, agar nantinya mudah matang dengan kerenyahan sempurna.

2. Harus Mahir Membanting

Maksudnya bukan jago banting hansip ya, tapi banting adonan. Ini nih susah-susah gampang, karena dibutuhkan latihan rutin yang mungkin menyita waktu skripsi kamu dan komunikasi terhadap orangtua.

3. Penguasaan penuh pada telapak tangan

Kalo kamu jago main marawis, pasti sering mukul-mukul tepi-tepiannya kan? Nah, koreo telapak tangan buat bikin kulit martabak mirip-mirip dikit lah. Kamu bisa cek live-report selengkapnya di sini.

Note: Yang bikin martabak sepertinya anak SoundCloud..

4. Harus pandai mengukur tenaga

Kontrol tenaga sangat diperlukan untuk menentukan hasil kulit martabak yang baik. Skill ini mempengaruhi tingkat efektifitas kamu dalam membuat kulit yang rapi, dan mengurangi potensi ketebalan adonan jadi kurang merata, atau yang paling buruk, kulit martabak malah bolong.

Tenaga yang berlebih saat membanting adonan akan berdampak terpelantingnya tepung ke muka pelanggan. Pertimbangkan juga seperti apa muka pelanggan saat kamu berencana memelantingkan adonan ke wajahnya. Kalo udah, upload di Path.

5. Membaca arah angin

Membuat martabak saat badai berlangsung adalah ide yang buruk. Cek terlebih dahulu kecepatan angin sehingga kulit yang akan digoreng bisa tepat masuk ke penggorengan. Ahli menerbangkan tepung martabak nggak akan membuat daganganmu laku.

6. Gelas pengocok isi martabak harus logam

Sengketa Freeport yang nggak kunjung kelar membuat bahan logam menjadi cukup langka. Para peracik martabak handal tahu benar bahwa martabak yang lahir dari bahan langka pastinya punya keunikan tersendiri.

Wadah pengocokan isi martabak biasanya terbuat dari gelas alumunium/logam berukuran besar, karena jenis bahan yang digunakan untuk wadah bisa mempengaruhi rasa isi martabak. Hindari menggunakan gelas plastik dan bahan lainnya untuk mempertahankan rasa dan perasaan yang diinginkan.

7. Takaran yang dipelihara turun temurun

Populasi pembuat martabak hari ini cukup memprihatinkan. Pesatnya perkembangan zaman dan teknologi secara drastis membuat warisan dan minat keturunan pembuat martabak mulai terpinggirkan (edgy).

Kamu juga tahu kan, resep apapun yang dipelihara secara turun temurun punya ke-autentikan tersendiri. Itulah kenapa pembuat martabak yang nggak berketurunan, jenjang karirnya berakhir kurang memuaskan. Mari berharap pemerintah lebih konservatif dalam memelihara warisan dunia ini.

Anyway, takaran mengocok yang salah bisa mengakibatkan isi martabak terlalu encer, sehingga nggak mampu mempenetrasi pori kulit martabak secara merata. Sakti banget kan? \o/

Ngomongin Solo dan Jogja, pasti nggak bisa lepas sama kata "Wedangan". Wedangan adalah salah satu spot kultur populer yang selalu mengundang rasa penasaran si perut lapar bin keroncongan.

Buat beberapa orang, mungkin terlihat biasa aja sih. Tapi buat mereka yang mendambakan ketenangan, kangen bisa makan di pinggir jalan dengan nyaman ditemani sejuk sepoi-sepoi dan makanan murah meriah mengenyangkan, wedangan bisa jadi sangat spesial.

Source

Whiplash, mungkin tetap jadi satu-satunya yang harus gue nobatkan sebagai film terbaik tahun kemarin.

Bukan karena dia abis menangin segudang awards, tapi karena kemistri dan aftertaste. Kalo Dinikopi bilang, film-orgasm :))

Contohlah film-film khas Marvel yang notabene selalu mendominasi tiap tahunnya, tapi kemistri tersebut justru nggak terasa seperti saat nonton Whiplash. Begitu film habis, yaaa gitu aja, ilang, tapi enggak di Whiplash. Gue sempet nggak mau liat video apapun lagi karena masih mau ngabisin orgasm, saking brilliannya si ending.

Tapi di post ini, bukan soal review kok. Mungkin kamu pingin tahu beberapa cerita yang ada dibaliknya.

Source

Gue mulai aware tentang keberadaan Twitter hashtag (#) itu justru setelah setahun pake Twitter, sekitar tahun 2010. Padahal, hashtag ini udah populer di era awal kemunculan Twitter tahun 2007. Eh, ternyata tambah booming lagi semenjak Trending Topic mulai jadi ukuran kesuksesan influence/campaign sebuah topik.

Tetapi, icon tanda pagar ini kayaknya bukan pertama kali ada di Twitter, seinget gue di MIRC juga ada. Fungsinya pun sama kayak Twitter, untuk ngelompokkin sebuah topik.