Source

Ambience. Ambience. Ambience.

Tadinya gue juga diajarin sama pacar tentang apa sih yang dia maksud dengan ambience itu. Jadi ambience (versi kita) adalah semacem rasa/atmosfir ketika kamu lagi dengerin lagu-lagu tertentu, terus kamu ngerasa terbawa dan langsung pingin ngapa-ngapain/melakukan aktifitas apaaaa gitu. Ehehehehehehehe.

Nggak jarang juga, ambience dari suatu lagu terkadang bisa bikin memori-memori lama kita akan sesuatu kembali muncul. Istilahnya time-lapse gitu lah. Jadii, apa aja sih lagu-lagu yang bikin gue time-lapse selama ini? Hmmm....
Perceraian, atau istilah kerennya divorce, memang seburuk-buruknya nasib rumah tangga. Dampak paling jeleknya, kita para anak, seolah kehilangan satu setir dan role-model.
Tapi tahu yang lebih jelek dari itu? Menyalahkan dan terus mengeluh atas segala keadaan yang terjadi seolah semuanya salah orang tua.

Meski secara fakta terbukti (mungkin) memang salah orang tua yang nggak sanggup mempertahankan, tetapi mengeluh dan blaming parents terus menerus di setiap aspek yang terjadi di diri kamu selanjutnya, jelas bukan solusi.

Dari situ, kamu mulai bertanya-tanya; gimana sih pondasi percintaan mereka dulunya?

Gimana sih ceritanya sampe kenapa baru sekarang mutusin buat nggak bertahan? Oke deh kalian nggak bisa pertahanin hubungan, tapi bisa kan pertahanin demi anak?

Hal-hal semacam itu lumrah, dan ketika kamu tanya hal tersebut, kamu harus siap sama jawabannya. (Karena menurutku, kalau pondasi sebuah hubungan memang kuat dan jelas sejak awal, berpisah bukan demi anak adalah hal terakhir yang bisa terlintas dipikiran mereka).

Divorce adalah nasib orang tua, bukan anak. Kamu masih bisa berjuang untuk masa depanmu yang lebih baik walaupun terpincang-pincang. Contoh kecilnya, mengusahakan hal yang terjadi pada ortu kamu, nggak terjadi dalam keluargamu kelak.


Gambar dari sini
Aku punya banyak kenalan yang ortunya divorce. Faktornya pun beragam, masalah orang ketiga, ada yang adu selingkuh, ada yang nggak tahu apa-apa karena pisahnya sejak masih kecil, dll.

In my view, mereka selalu terlihat depresi, gloomy, kayak mereka orang paling bernasib buruk sejagat. Bukannya salut dan bersimpati, malah jadi kasian. Karena mereka sedikit demi sedikit cuma menghambat masa depan mereka yang harusnya bisa lebih cerah.

I'll tell you why.

Ortuku juga divorce, 2004 silam. Sejak saat itu aku tahu, hidupku nggak akan sama lagi. Sejujurnya sih, pas di jaman divorce tersebut, aku nggak "sakit-sakit" amat karena pikiranku saat itu lagi getol-getolnya main game online :))

Sejak mereka terpisah, aku "dilempar" ke rumah eyang di Bandung. Karena menurut keluarga eyang aku terlalu visioner, aku mutusin bahwa memang nggak ada lagi kecocokan. Dimulailah perjalanan ngekos-ku dari tahun 2006 hingga sekarang.

Selama ngekos, hubunganku dengan orang tua susah banget buat deket. Akarnya: Berawal dari masalah ketidak-siapan kedua belah pihak soal biaya pengadilan, impactnya masih terasa/terbawa sampe masa-masa pasca-divorce dan bahkan sampai sekarang.

Keadaan itu bikin mereka jadi sangat money-oriented. Imbas dari chapter hidup yang terpecah-belah, mereka berpikir kestabilan finansial adalah kunci pertama merintis hidup baru. Dan pentingnya menjaga komunikasi dengan anak mungkin jadi prioritas kesekian saat itu.

However..

Karena gue secara hukum adalah tanggung jawab Bokap, akhirnya kita ngobrol kalo lagi ada masalah yang berhubungan dengan finansial aja. Selain itu nggak pernah, kalo pernah pun itu cuma by phone aja. Sementara nyokap, beliau sibuk merintis "chapter" barunya untuk mencoba survive sendiri di Jakarta.

Kekosongan luar biasa yang mulai kerasa selama itu, diisi oleh hingar-bingar jalan Cihampelas. Pertama kali banget hidup di Bandung nih ceritanya. Dimana saat itu, pertama kalinya aku berhadapan dengan sosialisasi secara langsung tanpa teori di lingkungan "asing". Iya, karena aku nggak supel, tapi gampang nyambung sama orang.

Aku belajar jaga diri, belajar jarang makan enak, tahu rasanya nggak megang duit, tahu rasanya megang duit banyak tapi langsung habis di tanggal tiga dan terpaksa dikejar-kejar orang warung karena kebanyakan ngutang nasi, aku digembleng habis-habisan sama lingkungan.

Sejenak, aku bisa lupa sama orang tuaku. Pikirku waktu itu, nggak ada gunanya kamu terus-terusan berharap sama ortu yang baru pada ngerilis chapter hidup masing-masing.  

You've got to move on.

Akhirnya di tahun 2014, nyokap tetap berusaha survive sendiri, dan Bokap pun udah punya perempuan baru yang bisa jaga beliau. Meski rasa kekosongan tersebut memang masih ada, nobody can fill it except my parents.

Tapi itu bikin aku sadar. Bahwa keadaan memaksaku untuk seperti ini. Dimana masing-masing dari kita; Bokap, Nyokap, dan aku adalah produk dari divorce, sedang berusaha untuk merintis chapter hidup baru masing-masing setelah apa yang terjadi. Dan masing-masing dari kita, nggak seharusnya "ngerecokin" chapter dari ketiga belah pihak yang lagi berusaha untuk dirintis.

Kupikir, masih lebih baik satu orang tertinggal, daripada satu orang ngerecokin orang yang lain, malah jadi dua orang yang tertinggal. Kecuali salah satu dari kita udah settle.
In the end, you still have to pay the price.
Sekarang aku jadi orang yang independen. Prinsip dan standar hidup yang terbentuk dari berbagai jenis lingkungan, grants me power to choosing any life with no hesitation.

Survive memang capek. Tetapi terkadang, ketika kamu merentang timeline survive dari dulu sampai sekarang, ya akhirnya memang itulah jalan yang harus kamu tempuh dan terima. Beruntungnya, aku nggak pernah ngeluh semenjak mereka divorce. Karena ngeluh cuma buat mereka yang mentalnya terbatas.

Ngeluh is such a waste.

Aku ngerti kok kalian yang nasibnya kurang beruntung selalu memposisikan diri sebagai victim. Nggak salah juga sih karena satu-satunya yang jadi korban divorce memang cuma anak. Cuman mau sampai kapan? Emangnya nggak pingin maju?
Keep blaming your parents doesn't brighten your future.
Source
Sekali lagi, nasib kamu nggak berhenti saat mereka divorce. Kamu masih bisa berusaha kok. Yang jadi penghalang adalah seberapa besar niat kamu buat mewujudkan visi yang kamu yakin itu membawa manfaat dan perubahan positif untuk kamu.

Aku mau share pengalaman dan tips kecil soal hal-hal yang kerap kali bikin down anak-anak divorce ketika mereka menjalani hidup setelahnya.

1. Kehilangan Role-Model

Krusial banget. Role-model menurutku, semacam orang yang akan selalu jadi panutan saat kehilangan arah. Orang yang selalu membekas di pikiran saat kita mulai ngerasa banyak melakukan kesalahan. Dan yang paling penting, role-model adalah desperate-weapon saat nggak punya tempat berpulang. You'll always need their wisdom.

Role-model seperti orangtua nggak akan pernah bisa tergantikan. Terlepas dari apa yang udah diperbuatnya, don't you ever forget your parents. They are the best couple you ever had.

Karena pengganti orangtua sulit banget buat dicari, kamu bisa nyari alternatifnya. Contoh, kamu bisa cari pacar yang (kebetulan) ortunya nggak ada masalah. Kalo kamu langgeng, ortu dia juga akan jadi ortumu juga kan? Punya pacar yang ortunya baik-baik aja aku pikir paling cocok sama anak divorce.

Bukan soal dapet pengganti ortu baru, tapi karena keadaan ortu pacar yang baik-baik aja, bisa jadi reminder bahwa kamu dulu pernah punya ortu sebaik mereka. Kemudian ortu kamu, bisa jadi contoh preventif untuk pacar kamu juga. You will benefits each other.

2. Takut Melangkah

Skill memilah mana baik-mana jelek sangat dibutuhkan disini. Karena lingkungan kan beragam banget, bisa aja bikin kamu mateng, bisa juga bikin kamu kesasar.

Contoh: Lingkungan sekolah, lingkungan pertemanan, lingkungan kantor, dll. Memang nggak bisa nggantiin ortu, tapi kalo kamu sering "mendonasikan" diri untuk menikmati lingkungan, bisa bikin kamu nggak terlalu kesepian, dan tambah-tambah pengalaman.

Kadang ada kejadian yang menurut kamu jelek, tapi ada benefitnya buat kamu eh' nggak dilakuin, dan ada kejadian dimana yang menurutmu bener, justru bikin nyesel di kemudian hari.

Value yang kamu dapet dari orangtua juga "ada main" disini. Semisal nasib kamu mirip-mirip aku, kamu akan berjuang untuk bikin "value baru" buat diri sendiri. Baru sehabis itu kamu kompromiin sama value yang didapet dari ortu.Be very careful for what you've choosen.

3. Kesepian

Make friends adalah solusi yang paling baik. Buat orang supel, hal ini nggak terlalu jadi masalah. Buat orang kuper, somehow bukan orangnya yang mereka cari, tapi kemistri interaksinya. Kamu perlu cari satu orang yang dependable, ngerti semua persoalan kamu dan bisa bantu kamu untuk lebih supel nyari temen yang lain. Go hang out, perluas networking kamu.

Tapi tetep, kalo kamu bisa cari orang yang lebih tua sebagai temen/mentor kamu, it worth a lot of friends.

Gimana dengan perihal nyari banyak kesibukan biar nggak kesepian? Nurut pengalaman aku, boleh aja. Tapi beberapa orang justru gagal karena mereka nggak pinter ngatur waktu, dan cenderung jadi pelampiasan semata, akhirnya jadi linglung sendiri. Kegiatan dan kesibukan kan' beda. Orang sibuk adalah orang yang nggak pinter ngatur waktu.

Tapi ya siapa yang tahu? Life can't reveals by itself. Kalau kamu bisa lebih survive dan mapan dari yang nggak divorce, big achievement banget dong? Divorce masih lebih baik daripada mereka yang menyia-nyiakan orang tua mereka (yang masih utuh).
Pic source
 Let me just tell you some stories.

Kasus pertama: Bandung, sekitar tahun 2006/2007. Lokasi: Kosan "terakhir pindah" di Cihampelas, depan SMA Pasundan 8.

Aku ngekos di bangunan bercat merah jambu bertingkat dua. Hoki juga sih bisa dapet kos-kosan seharga 300 ribu perak di daerah Cihampelas, meski berakhir dengan kenaikan 50 ribu tiap setengah tahun dan ngekos disitu selama dua tahun, masih bisa denger kicauan burung dan raungan macan di subuh sampai pagi hari, lengkap dengan deruk kodok dan ngikrikan jangkrik di malam hari, bikin suasana ngekos makin cozy aja setiap harinya. Tinggal tambah gorengan sama kopi panas, kelar surganya.


Jam sepuluh pagi gue baru melek, buka hape, eh timeline Twitter sejagat raya udah penuh sesek sama satu hashtag #alumniAADC yang boom! jadi trending topic. Mengalahkan obrolan soal rilisnya film Interstellar yang happening sejak dua hari sebelumnya. AADC? Film Ada Apa Dengan Cinta yang legendaris itu keluar lagi? Ada apaan nih?


Nyari kos-kosan di Jakarta itu gampang-gampang susah. Kamu butuh kesabaran, alokasi waktu yang baik alias nggak bisa dadakan, dan sedikit keberuntungan.

Apalagi sekarang, kota ini mlepek bianget sob. Penuh sama kendaraan. Kondisi ini menyulitkan kamu untuk milih waktu yang tepat buat ngider-ngider cari kos. Karena percaya deh, dimana-mana macet!

Berikut ini, gue mau coba share sedikit pengalaman, tips dan persiapan gue selama cari kost di Jakarta tempo hari.

Langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah, ngumpulin motivasi dan alasan kenapa kamu harus ngekos (biar mantep) dan menentukan wilayah kost yang kamu mau.

Ini penting, untuk merapatkan pilihan-pilihan kamu supaya fokus pencarian nggak buyar. Di Jakarta, jenis tempatnya beragam banget. Tetapi secara garis besar, bisa dibagi menjadi tiga:

1. Daerah sekitar perkantoran/Mall

Kisaran harga normal: 800 ribu-3,5 juta rupiah. 
Freedomness Level: Bebas banget! Apalagi kalau kamu nemu kos-kosan pegawai yang kerjanya pulang malem terus.

Kelebihan: Kemungkinan untuk nemu kos-kosan 50:50. Karena isinya pasti karyawan dan pegawai (Tergantung kamu nyarinya di daerah Mall/perkantoran elit atau nggak) yang gajinya UMR. Berarti, agak susah nyari yang harganya kantong mahasiswa. Pilihan kamu jadi tambah sedikit.

However, karena mayoritas semuanya pegawai, kamu nggak perlu khawatir urusan pribadimu di-kepo-in sama penghuni kos dan sekitarnya. Karena biasanya, yang ada di pikiran pegawai mah cuma makan, tidur, kerjaan dan urusan beres :)

Kekurangan: Kisaran harga sekitar 800 ribu-3,5 juta rupiah. Karena pasti banyak juga yang bawa mobil, ukuran bangunan kos dan harga juga pastinya menyesuaikan. 
Contoh Ilustrasi


2. Daerah sekitar kampus

Kisaran harga normal: 350-800 ribu

Freedomness Level: Tergantung, kampusnya deket komplek apa pemukiman? :p Kalau deket pemukiman, level keponya tinggi sekali. Meski di komplek juga ada "Tamu wajib lapor", tapi gardu hansip biasanya jauh sama tempat kos-kosannya :)

Kelebihan: PASTI BUANYAK KOS-KOSAN MURAH. Harga relatif terjangkau, dan pilihan sangat beragam. Oh, dan kultur pergaulan juga beragam tentunya. Kamu bisa ketemu anak se-perantauan biar bisa sharing-sharing. Atau ketemu pergaulan anak lokal setempat biar kadar adaptasi kamu kian terlatih. Tapi memang lebih bagus kamu survey dulu sih.

Kekurangan: Sayangnya, kos-kosan sekitar kampus biasanya ndlesep ke dalam gang-gang kecil sekitarnya. Dan lagi, kamu harus pinter-pinter ngatur timing pencarian. Kalau kamu nyarinya pas tahun ajaran baru, bisa dipastikan semua kosan penuh sama mahasiwa baru. Gue saranin, usahakan nyarinya sekitar dua bulan sebelum tahun ajaran baru.

Contoh Ilustrasi

3. Daerah pemukiman.

Kisaran harga normal: 300 ribu - 1 juta rupiah 
Freedomness Level: BIG BOO!

Kelebihan: Ini juga relatif, kamu cari pemukiman komplek apa yang bener-bener pemukiman? Soalnya beda kalo di Jakarta :p

Kekurangan: Satu-satunya kekurangan adalah hampir nggak mungkin menemukan kebebasan dan fleksibilitas waktu kalau kamu ngekos di pemukiman. Udah gitu, biasanya berisik, karena saking dempetnya jarak antar bangunan rumah. Karena tempatnya pemukiman, kos-kosan di daerah seperti ini biasanya agak jarang, tapi harganya nggak begitu nyekek kantong kok. Sekali lagi, tergantung tempatnya.

Saran: Sepengalaman gue, cari tempat kos di sekitar pemukiman perantauan orang Jawa/Sunda itu lumayan asik. Karena selain kamu berasa lebih aman, mayoritas dari mereka adalah orang-orang baik dan gak macem-macem :)

Jadikan opsi nomor tiga ini sebagai desperate weapon kamu.

Contoh Ilustrasi

Frequently Asked Question (FAQ) :

1. Tips general nyari kost-kostan di Jakarta apa sih?

First of all, JANGAN CARI DI DAERAH YANG LANGGANAN BANJIR. Hahahahahaha, ini merepotkan, lho. Soalnya banyak daerah-daerah di Jakarta yang setiap tahun SELALU kena banjir. Banjir di Jakarta bisa mencapai 2-3 meter kalau lagi parah-parahnya. Berikut daftar dari daerah-daerah langganan banjir versi Kompas.

2. Kapan waktu yang tepat cari kos-kosan di Jakarta?
Sebenernya nggak ada waktu yang paling optimal, jadi lebih ke nekat aja sih. Soalnya kalau nyarinya subuh atau pagi, orang-orang pada berangkat kerja, macet. Kalau nyarinya siang, puanas banget, bikin kamu cepet capek. Kalau nyarinya sore sampai malem, orang-orang pada balik kerja, udah mau gelap pula.

Paling enak, antara jam 10 pagi sampai sebelum Dzuhur. Hari Rabu dan Kamis bisa jadi pilihan.

3. Kebebasan-kebebasan tadi itu, maksudnya gimana?

Flexibility, of course! Like:

- Aside from religious matter and some other shit, Kos paling asik itu ya kos campur cowok sama cewek. Karena fleksibilitas kamu juga terjaga. Yang anak band bisa kumpul bareng. Yang kerja kantoran bisa bawa lemburan dan kerja bareng.Yakin mau kos di tempat yang gendernya dipisahin? Cari kos apa cari asrama? It's just silly.

- Yang paling penting adalah soal tetangga sekitar. Entah itu yang ngekos ataupun yang di luar, nggak reseh sama kamu. Kamu juga nggak nyaman kan kalo tetangga usil nanya-nanya kepo melulu padahal kamu juga nggak pingin tahu urusan mereka?

- Jam bertamu nggak terlalu ketat. Ada lho kost di Jakarta yang jam bertamunya kayak jam besuk rumah sakit. Bahkan ada yang saking strictnya soal gender, yang punya anak cowok aja nggak boleh ketemu sama bapaknya, kudu di luar ._.

4. Jenis-jenis empunya kos yang harus dihindari itu kayak gimana aja?

Paling enak, kalau si empunya kos itu ibu-ibu berumur sekitar 25-38 tahunan. Karena lebih tolerir (Tergantung orangnya juga sih, pinter-pinter kamu baca orang aja). Yang harus dihindari: Kakek-kakek, ketua RT, kyai, habib majelis, dan sebagian besar orang Padang (Beberapa strict banget sama kaidah agama, cari kos apa mau cari guru ngaji?)

5. Range harga?
Kalau yang pakai AC biasanya 800 ribu keatas. Non-AC sekitar 350 ribu-800 ribu.

6. Rekomendasi daerah kos-kosan?
 (Karena sering main daerah Jaksel/Jaktim) Beberapa tempat di Jaksel yaitu Tebet, Palbatu, Kemang, Mampang/Tendean, Matraman. Kalau Jaktim ada di Pulo Gadung, Otista Kp.Melayu, Utan Kayu, Kayu Jati, Pulo Asem, Jl. Sunan Giri, dan Jl. Balai Pustaka.

**
Ini ada beberapa direktori kos-kosan di berbagai daerah di Jakarta. Sempetin taruh respons di kolom komentar yak :3

http://www.infokost.id/ 
http://kostpedia.com/  
http://www.kostjakarta.com/
Masih inget dong, perempuan yang postingan Path-nya bocor soal dia yang nggak mau nge-share tempat duduk buat ibu hamil di KRL?

Kemarin, 28 Agustus 2014, kejadian postingan Path bocor terulang lagi.

Headline: Ditolak Isi BBM di Antrean Mobil, Florence Anggap Orang Jogja Tolol (http://www.nemukabar.com/2014/08/ditolak-isi-bbm-di-antrean-mobil.html)

Sumber lainnya:

Sekolah Tinggi2 di jogja tapi mulut gak berbudaya, njaluk dipiyekke iki?? http://www.kaskus.co.id/thread/53fe9876148b461f1f8b456a/sekolah-tinggi2-di-jogja-tapi-mulut-gak-berbudaya-njaluk-dipiyekke-iki

Serobot Antrean Mobil di SPBU, Gadis Pemotor Ini Disoraki Warga
http://news.detik.com/read/2014/08/27/150037/2674146/10/serobot-antrean-mobil-di-spbu-gadis-pemotor-ini-disoraki-warga




Dibully, Florence Sihombing Minta Maaf di Path
http://www.nemukabar.com/2014/08/dibully-florence-sihombing-minta-maaf.html

**

Ampe pihak kampus beneran nyeriusin yang beginian cobak, dan dibales permintaan maaf sama yang bersangkutan pun LEWAT PATH JUGA :)) This people are really need a holiday.

Sebagian kecil dari hal ini, juga sempet dibahas lho sama Dinikopi di Psst! Stop berkeluh kesah soal pekerjaan di Twitter.

So, lewat short-post ini, gue mau nge-share beberapa poin yang kayaknya sih penting, sebagai pembelajaran di lain hari buat kamu yang masih suka meremehkan bahwa social media hanyalah sekedar dunia maya. Wrong! Social media adalah kehidupan.

Eh, udah ultah lagi aja dong. Bumbu spesialnya kali ini, papasan sama bulan ramadhan dan tepat empat hari sebelum lebaran. Spesial nggak sih? Ya anggep aja gituk X)

"Look at you, you have grown up more and more. Just stick to be wise, you will not worried about the otherwise. Happy birthday, dear me."
Solopos.com
 "Miskin itu kondisi hidup, sederhana itu gaya hidup." -Cak Lontong.

Saat lagi rame-ramenya dukungan capres membrojol di sosmed, gue sempet ikutan berdeklarasi secara jelas bahwa gue positif dukung Pak Jokowi.

Tapi kok, makin hari makin kesini, intensitas ocehan perihal copras capres ini agaknya jadi berlebihan. Nggak facebook, nggak twitter, nggak juga Path. Seperti bakteri muntaber, berentetan, bikin mual, dan nggak salah juga kalau disebut latah. Gue rindu topik-topik ringan khas twitter user yang berbau geeky, resep masakan, travel-shares dan backpacking. Semua lenyap terbuyar oleh berondongan "senapan update" soal pencapresan ini.


Pertama kali gue liat X-Men versi film, kesan yang terlintas adalah kalimat "Khas X-Men". Beda kayak gue nonton film lainnya sekelas Pacific Rim, Robocop, atau bahkan Amazing Spiderman yang bikin gue teriak "Anjrit", "EBUSET", atau "Keren bener ini film". 

Maaf ya X-Men, saking cintanya sama tokoh Marvel sejak kecil, filmmu masih dibawah ekspektasi. Jadi kalo kalian tanya gimana film X-Men, jawaban gue ya "Khas X-Men".

Selain ada beberapa point dibagian timeline yang kacau, buat gue yang selalu otomatis ngebandingin karakter komik dengan wujudnya di film, kehadiran muka-muka baru di X-Men ini menjadi penyegaran tersendiri. Anyway, spoiler alert yah.

Sekalian ngingetin, bahwa ini tulisan ini nggak nyeritain sinopsis, tapi lebih ke personal view aja :)

Seberapa sering sih kamu buka website resmi KAI di http://www.kereta-api.co.id/?

Jarang pasti.

Kalau udah ngomongin mudik, lebaran, saat-saat menjelang ramadhan, dan sebagainya, orang pasti kalut duluan. Satu-satunya yang ada dipikiran hanyalah dateng ke stasiun, pesen tiket, pertimbangan harga, kalau cocok tanggal, ya hajar. Selain ngomongin biji salak sama es buah, tentunya.

Konvensional sekali, khas "masyarakat pemudik Indonesia saban mau lebaran" banget. Gaptek. Hahahahaha, maaf, lho. Padahal ya sebenernya cuma masalah nggak mau ubek-ubek informasi, dan belajar.

Ini terbukti dari masih SANGAT BANYAKNYA jumlah antrian di depan loket reservasi tiket konvensional. Padahal tepat disebelahnya, ada loket "PENUKARAN STRUK/ONLINE TICKET", yang luar biasa kosong, sampai kamu masih bisa sholat Ied disitu ampe tahun depan. SAKING KOSONGNYA, INI GILAK.

Kayaknya PT.KAI memang lagi getol-getolnya ningkatin pelayanan dan efisiensi pegawai. Karena sekarang banyak fitur baru dan kemudahan metode pemesanan tiket yang sosialisasi informasinya sangat kurang banget.

Kalau kata Dinikopi sih, ini akibat dari kecenderungan menyebarnya informasi untuk kalangan negeri aja, padahal persentase pemudik/pengguna jasa kereta api kalangan swasta jelas lebih banyak. Emang hari gini berapa manusia yang masih dengerin radio RRI?

**

Jadi ceritanya, gue sama Dinikopi mau merayakan anniversary kita di Solo. [Lalu terdengar choir dari kejauhan yang meneriakkan ciyeeeeeee sambil melolong Werewolf]

Solo lagi, solo lagi. Kemaren bahas Jokowi, sekarang bahas Solo. Abis gimana dong, Solo enak. Rasanya sejam tidur disana waktu kayak berhenti sejenak. Mirip Harvest Moon gitu, kalo masuk kamar, waktunya berhenti. HAHAHAHAHAHA.

Eh, tadi sampe mana?

Oiyak, jadi kita memutuskan buat tolak dari Stasiun Senen, karena memang paling deket sama kediaman ((KEDIAMAN)) kita berdua, lalu turun di stasiun Lempuyangan.
via Yahoo
Hae, kaks.

Ini adalah pertama kalinya gue "woro-woro" sotoy soal politik di media digital. Habisnya gregetan kalau melihat sosialisasi "melek politik" di level awam itu sebenernya nggak begitu merata, dan ini kayaknya harus lebih digalakkan.


Meski hampir seumur hidup diam menjadi golongan putih yang sampai sekarang pun nggak ada partainya, agaknya gue nggak bisa lagi membendung geli karena tergelitik luar dalam terhadap apa yang akan terjadi di tanggal 9 Juli nanti.

Digelitikin Pak Jokowi susah nahannya.

[DISCLAIMER]

Feedback apapun yang bersifat kontra-indikatif, kontradiktif, hujatan gelap mata tanpa koreksi dan menjatuhkan salah satu pihak dalam postingan yang bersifat personal opinion nan subjektif ini, tidak akan ditolerir dan akan dianggap sebagai orang tidak waras bin tidak terpelajar. Nasib selanjutnya atas komentar anda akan ditentukan oleh seberapa baik niat Tuhan terhadap kamu lewat saya.
Picture source : http://liveveryhigh.wordpress.com/

Gue muak sama Jakarta. Gue muak sama kehidupan perkotaan. 

Gue muak sama macet dan segala hiruk pikuknya. Gue muak dengan tata cara ajakan berpolitik dan hiasan-hiasan bendera kampanye yang memaksa kita untuk terdistraksi dari kebutuhan akan pohon-pohon hijau, lengkap terganti oleh billboard reklame dan panji-panji front nggak jelas atas nama suara mayoritas. 




Gue muak dengan segala macam adu argumen dan tabiat orang kota yang seringnya "senggol dikit-bacok". Gue muak lihat pemuda-pemudi beserta ibu-ibu demo sampai lupa anaknya belom dikasih makan. Gue MUAK dengan rutinitas orang kota.

Lo ngerasa sependapat dengan paragraf barusan?

Dengan segala hormat, yuk baca sampai habis.
Sebenernya bukan nggak suka sih, cuma nggak ngerti aja kenapa begitu banyak orang yang mempasrahkan masalah romansanya (ini istilah yang dipake di HS) ke orang lain, ketimbang teman sendiri.

Sejarahnya, gue tahu http://hitmansystem.com/ awalnya tentu dari twitter. Karena begitu banyaknya SPAM RETWEET yang diblast oleh following gue, akhirnya gue pun tergelitik buat follow beberapa mentor HS. 


Selamat datang para desperate Pokopang Warrior.

Empat hari belakangan ini gue lagi rutin-rutinnya main pokopang karena penasaran gimana caranya temen-temen gue bisa punya skor yang melambung diatas ekspektasi orang normal.

Dan sebagai game-geek sotoy dan seorang analis handal (yaelah), berikut hasil analisa gue untuk selanjutnya diharapkan bisa meningkatkan kesejahteraan skor pokopang kalian, para Pokopang-Warriors.

Note: Jika kamu adalah tipe pemain pokopang yang "Yaelah main mah main aja nggak usah banyak mikir" please, you may leave this post immediately :)