The Jesus Chatline

8 comments

Lagi-asik-asik browsing Youtube, gue menemukan satu liveshow yang mencengangkan, judulnya adalah "The Jesus Chatline".

Ada yang pernah denger acara ini sebelumnya?

The Jesus Chatline adalah sebuah acara talk-show via telepon yang dibawakan oleh Richard Burnish dan Steven Chilton sebagai Co-Hostnya, membahas topik-topik kristiani sekaligus menjawab semua kebingungan dari para penelepon.

Kelar nonton salah satu episodenya, I'm speechless. Speechless karena conversation yang terjadi di episode tersebut. Penasaran kayak apa? Check this out :


1. C (Caller) : Jesus itu Tuhan, atau anak Tuhan?

    RB (Richard Burnish) : Jesus adalah anak Tuhan.

    C: Jadi, Jesus bukan Tuhan?
    RB: Bukan, dia bukan Tuhan.

    C: Dan, Roh kudus adalah Tuhan?
    RB: Yes, Roh kudus adalah Tuhan.

    C: Jadi, ada dua Tuhan?
    RB:  Satu Tuhan, dia adalah Roh Kudus.

    C: Jadi, "Bapak di Surga" itu bukan Tuhan?
    RB:  Bukan.

    C: Jadi, "Bapak" adalah bukan Tuhan, dan "anak" juga bukan Tuhan?
    RB: Yes.

    C: Jadi, siapakah sang "Bapak"?
    RB: Bapak adalah Tuhan.

    C: Tapi, baru saja anda bilang bahwa "Bapak" bukan Tuhan.
    RB: Dia adalah Tuhan.

    C: Tidak, baru saja anda bilang bahwa "Bapak" bukan Tuhan, "Anak" bukan Tuhan, dan Roh kudus adalah Tuhan.
    RB: No, no. Saya tidak bilang begitu, Dia (Bapak) adalah Tuhan.


2.  C: Lalu, bagaimana anda bisa mengajak orang-orang bergabung memeluk Kristen jika anda tidak tahu siapa Tuhan itu yang sesungguhnya?
     RB: Tuhan adalah Tuhan. Bukankah di Injil juga disebutkan bahwa dia (bapak) adalah Tuhan?

     C: Bukan begitu. Jadi, begini. Kristen menyebutkan bahwa Tuhan itu satu, tapi di saat yang bersamaan Tuhan ada tiga.
     RB: *mulai bingung*

     C: Okay, begini. Kita punya "bapak" kudus, "anak" kudus, dan Roh kudus, betul?
     RB: The Holy Trinity, betul.

     C: Okay, semuanya berawal dari sini. Jadi, sebenarnya ada satu, atau tiga?
     RB: Mereka bertiga adalah satu kesatuan

 
3.  C: Jesus, meninggal di tiang salib, betul?
     RB: Betul.

     C: Lalu, ketika Jesus meninggal, siapa yang mengatur dunia?
     RB: Sejak awal Tuhan-lah yang mengatur dunia.

     C: Lalu, bagaimana ketika Yahudi membunuh Jesus menurut anda?
     RB: Um.... eh... anu.... 

     C: SO BASICLY, Yahudi lebih hebat daripada Tuhanmu?
     RB: Saya tidak setuju, hal semacam itu tidak disebutkan dalam Injil.

     C: Kalian umat Kristiani tahu kalau Jesus disiksa dan dibunuh di tiang salib oleh kaum Yahudi?
     RB: Jesus meninggal untuk menebus dosa-dosamu.

     C: He died for my sins?? 
     RB: Betul.

     C: Dia juga meninggal untuk menebus dosa para Yahudi yang membunuhnya? Jadi pembunuh Jesus juga akan masuk surga?
     RB: Ya, betul. Dan mereka akan masuk surga.

     C: Jadi, semua orang akan masuk surga, begitu?
     RB: Tidak, bukan begitu.

     C: Tapi Jesus meninggal untuk menebus dosaku?
     RB: Betul, hanya jika anda mengikuti ajarannya, anda akan masuk surga.

     C: Apakah JESUS MENCINTAI SEMUA ORANG?
     RB: Tidak.

     C: Tidak? Wah, mengejutkan sekali anda bilang begitu.
     RB: Yes, dan anda beruntung memiliki Injil sebagai panduan.

     C: Jujur, saya tak merasa beruntung telah membaca Injil. Apakah anda membawa Injil disana?
     RB: Uhm, tidak, saya tidak bawa.

4.  C: Okay, mari segarkan ingatanmu. Mari kita simak Exodus 21:15. It says, siapapun yang memukul ayah ibunya, akan dihukum mati. / Dan apakah menurutmu ini adalah sesuatu yang luar biasa?
     RB: Yes, and yes.

5. C: Mari kita bicara tentang Injil.
    RB: Yes, saya akan senang membicarakan Injil.

    C: Apakah Jesus menulis Injil?
    RB: Tidak, Jesus tidak menulisnya.

    C: Lalu, siapa yang menulisnya?
    RB: Murid-murid Jesus yang menulisnya.

    C: WRONG! Paul, Luke, Peter, dan seorang lagi siapa namanya?
    RB: Bukan, itu informasi yang salah.

    C: Lalu, siapakah Paul, Luke, Peter, dan seorang yang satu lagi?
    RB: Bukankah mereka adalah murid Jesus?

    C: WRONG! Mereka sama sekali belum pernah bertemu Jesus seumur hidup mereka.
    RB: Tidak, mereka berkelana bersama-sama.

    C: WRONG! Mereka hidup seratus tahun setelah Jesus.
    RB: Well, menurut Injil bukan begitu kejadiannya.


6.  C: Anda bilang tadi, bahwa Jesus adalah Tuhan, betul?
     RB: Yes, betul.

     C: Lalu bagaimana mungkin di Injil tertulis, Jesus berkata bahwa "Jangan menyebutkan hebat, karena yang hebat hanya Tuhan"?
     RB: Yes, memang betul.


    *Telepon terputus, tepatnya diputus*

Lalu sejenak kemudian, acara berlanjut:


7.   C: Bagaimana Muslim menurut anda?
      RB: Kalau saya boleh jujur, sebagian dari mereka adalah pendosa, dan sebagian besar dari mereka adalah pembuat onar.

      C: Di Mark 12:29, Tuhan kita adalah satu. Tolong jelaskan.
      RB: Saya.... saya.... maksud anda bagaimana?

      C: Di John 20:17, Jesus bilang aku dikirim oleh Tuhanku dan Tuhanmu.
      RB: Saya pikir itu Injil, John 20:16.

      C: Itu berarti, Tuhanmu dan Tuhanku adalah Tuhan yang sama, betul?
      RB: Betul.

      C: Dan di John 8:28, Jesus bilang,"Aku tidak melakukan sendirian." Bukankah Tuhan bisa melakukan sesuai kehendakNya?
      RB: Tuhan bisa melakukan apapun yang Dia inginkan, betul.

      C: Jadi, bagaimana mungkin di kitab Injil sendiri Jesus membedakan dirinya sendiri dengan Tuhan?
      RB: Mungkin, Injil yang anda baca ada pengertian dan perbedaan yang salah.

     C: Bagaimana mungkin? Kalau memang Injil dari Tuhan, maka hanya akan ada satu Injil.
     RB : Mungkin Injil yang anda baca punya kesalahan cetak dan editor... Itulah sebabnya kami menjual Kitab Injil cetakan kami sendiri.


Ternyata.....


Acara ini adalah murni PROPAGANDA. Richard Burnish adalah pembawa acara sekaligus penulis "The Neon Bible", sebuah Bible karangannya sendiri. Dan acara itu dimaksudkan untuk merekrut anggota dan pemeluk "agama" barunya. 

**

Boleh cerita dikit yah? Mumpung ada kaitannya.

Gue agak heran, kenapa Indonesia jadi negara yang super-sensi kalo udah bahas topik perbedaan agama? Bukannya sebagai Negara dengan perbedaan agama terbanyak, harusnya Indonesia juga jadi Negara dengan tingkat toleransi yang luar biasa besar?

Nyatanya nggak.

Gue banyak baca literatur tua soal agama yang udah eksis di Indonesia. Kalian bisa bilang gue sok tahu, tapi paparan hal berikut ini nggak perlu pinter-pinter amat kok. 

Kata siapa agama nggak bisa pake logika?

Contoh, syarat masuk agama A adalah kalian harus bunuh orang dulu. Apa kalian terima mentah gitu aja? Pastinya nggak kan? Membedakan baik buruk adalah dengan menggunakan logika.

Belajar agama juga punya poin logis, yaitu pahami dan pelajari, bukan pelajari lalu dibandingkan. Masing-masing Kitab (agama) murni pada dasarnya satu ajaran, cuma nggak akan bisa dibandingkan, karena mereka beda zaman.

Poin terbesar yang terlalu lama simpang siur soal agama adalah : Tuhannya satu, agamanya banyak, namanya banyak, akhirnya jadi banyak Tuhan.

Hindu dan Buddha adalah agama tertua. Which means, peradaban, cara mengajar, publikasi dan tingkat penyerapan agama pada waktu itu pastinya berbeda jauh, dan mungkin Tuhan berpikir, bahwa metode, cara pembawaan dan penyampaian ajaran, pada masa itu kurang baik dan perlu dirombak. 

Lalu, diutuslah kitab lain. Kitab lain, dan bukan agama lain. Gue rasa, perbedaan agama datang dari penyebaran ras dan suku yang sedemikian banyaknya dan menyebar ke seluruh Bumi. Dan untuk menyesuaikan isi kitab untuk akhirnya bisa belajar, mereka juga harus membuat kitab "versi" mereka. 

Masalahnya, siapa yang udah mengkontaminasi isi setiap kitab yang udah eksis di dunia ini? Ya setan. Not literally setan, it's demonic human.

**

Di sisi lain, saya personally nggak suka dengan istilah "MAYORITAS" yang dipakai di Indonesia.
 

Istilah "mayoritas Islam" di Indonesia definisinya nggak jelas. Karena mayoritas yang dimaksud bukan satu-kesatuan Islam, tapi karena cabangnya banyak banget. Saking banyaknya, jadi namanya mayoritas.

Jadi kalo anda nggak ikut mayoritas, ya silakan dikucilkan, dibilang sesat, dibilang orang gila. Padahal yang nyuruh ini cuma mengatas-namakan egoisme sendiri aja karena merasa paling benar.
 

Gue sedih, karena seharusnya Indonesia adalah Negara multi-kultural dan multi-agama, dan bukan Negara Islam. Indonesia harus lebih siap dengan semua keberagaman dan keberagama-an serta segala konsekensinya. Kalo memang mayoritas artinya adalah yang merasa paling benar dan kalo dihujat dijamin bakal dikeroyok, kenapa nggak bikin Negara sendiri aja diluar pulau?

So, I just get the positive things. Yaitu, pahamilah agamamu, jangan sekedar mengikuti. Lebih baik jadi pemaham agama daripada pengikut agama. Karena terkadang, mengikuti nggak selalu berakhir baik.

 ***

8 comments:

  1. yap bener sekali,semua yang berhubungan dengan agama harus kita filter dulu,jangan mentah-mentah kita cerna.
    tetapi,anehnya dan entah kenapa diIndonesia,jika kita berbeda pendapat/paham maka kita dikatakan sesat dan langsung terkucil kan.
    lebih baik kita sadar dari sekarang,supaya kita tidak mengikuti arus yang sebenarnya salah,tapi dikatakan oleh orang yang mayoritasnya benar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Istilah "mayoritas Islam" di Indonesia mah definisinya nggak jelas kak, karena mayoritas yang dimaksud bukan satu-kesatuan Islam, tapi karena cabangnya banyak banget, saking banyaknya, jadi namanya mayoritas.

      Jadi kalo anda nggak ikut mayoritas, ya silakan dikucilkan, dibilang sesat, dibilang orang gila. Padahal yang nyuruh ini cuma mengatasnamakan egoisme sendiri aja karena merasa paling benar :)

      Delete
  2. Itu dia yang gue bingung... Kenapa masalah SARA itu jadi sensitif di sini? Nggak cocok banget sama status negara yang multikultural. Anyway, maay yah, Gan. Yang gue heran lagi, kenapa ada agama yang langsung heboh sendiri saat muncul sekte-sekte yang menurut mereka sesat. Harusnya mah biarkan saja tumbuh. Masalah pengikutnya, itu urusan mereka ke Sang Pencipta. Biarkan juga para umat untuk dewasa dalam beragama, nggak sekedar menganut agama karena faktor KTP atau genetik.

    ReplyDelete
  3. asik nih tulisannya, first of all, The first known religion is Judaism ( Yahudi ) ya agama samawi ya. Dan menurut saya sih Agama itu cukup jadi pedoman hidup aja, jangan jadikan bahan perdebatan apalagi mau coba2 ditelaah pake logika, nggak bakalan berujung. Ada sih ujungnya, " Tuhan itu datang dari mana " tapi gw sendiri sampe muntah mikirin gituan :DDDD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Judaism kan masa lampau, maksudnya yang di artikel ini ngomongin jaman masehi kok.

      Lho ya memang, makanya Gus Dur bilang : Kalo kamu memang orang baik dan sering berbuat baik, orang nggak akan tanya apa agamamu.

      Delete
  4. Aku juga barusan liat di youtube video itu dan aku 100% gk percaya keaslian acara itu krn seorang pendeta jawabannya gk mungkin kyk gitu...
    Makanya aku langsung browsing ttg keaslian acara itu... Dan syukurlah ada yg udah ngebahas...
    Good Job 👍👍
    GBU

    ReplyDelete