Menghadapi Generasi di Era Digital

3 comments

Berawal dari kegusaran gue terhadap adik perempuan semata wayang yang entah gak bisa konek ketika mengkomunikasikan sesuatu ke bokapnya. Lalu, gue mulai penasaran dan menganalisis dimana sih sebenernya letak miss nya. 

And finally, ternyata memang ada satu istilah khusus untuk keadaan miss semacam ini.

Hari gini, emang banyak banget orang tua yang gagal paham sama era anak-anaknya sekarang. Kebanyakan dari mereka berpikir bahwa perilaku sang anak adalah reaksi pembantahan atas apa yang orang tuanya ajarkan dengan pemahaman berdasar pakem konvensional.

Padahal, Bumi tetap berotasi, zaman bergolak dan mengalami perubahan. Dan sekarang adalah jamannya para Digital Native Generations.

Digital Native Generations adalah mereka yang lahir pada jaman digital dan berinteraksi dengan peralatan digital sejak dini, tepatnya mereka-mereka yang lahir setelah tahun 2000. In other words, generasi dimana anak-anak usia dini udah banyak dicekoki dengan mainan gadget dan dunia digital.

Di saat gue umur 5 tahun masih mainan kelereng, tap-umpet, dan engklek, anak 5 tahun jaman sekarang udah paham iPad, jenis-jenis android, dan kejar-kejaran skor Temple Run. Meski sama-sama mainan "lari-lari", bedanya kalo dulu gue yang capek, sekarang ngeliatin yang larinya yang capek. 

Sebagian besar orang tua frustasi dalam memahami karakter anak-anak era digital, lalu akhirnya kalap dan mendindingi ruang gerak dan potensi anak. Karena memang pada dasarnya, era orang tua, kita, dan anak-anak sekarang jauh berbeda, jadi wajar bila kita merasakan hambatan psikologi dalam mengenal dan menggunakan menggunakan peralatan digital.

Dan hal tersebut, harusnya sih malah jadi sebuah tantangan.

Asumsi dasarnya, para generasi digital native menganggap dunia digital adalah dunia yang sesungguhnya. Karakteristik dunia digital kemudian mempengaruhi karakteristik generasi ini. 

Berikut adalah ciri-cirinya:



1. Menyukai kebebasan

Mereka suka kebebasan. Sama halnya kayak dunia digital, semua informasi hampir bisa didapat dari manapun.  Generasi ini nggak suka diatur. Tapi plusnya, mereka antusias banget kalo disuruh ngelakuin suatu hal yang menarik.

2. Rentang perhatian yang pendek

Generasi ini seneng banget lompat-lompat dari hal satu ke hal yang lain. Karena di dunia digital, terdapat banyak konten yang menarik dan beragam. Rentang perhatian yang pendek model gini bikin mereka jadi mahir multitasking.


3. Senang mengekspresikan diri

Mereka-mereka yang terlahir sebagai generasi Digital Native punya kadar ekspresif yang luar biasa, dan dunia digital/Social media adalah wadah yang tepat buat mereka, karena mereka merasa bisa hadir dan diakui sebagai individu.

4. Berpikir cepat, kehilangan kedalaman

Disini minusnya, generasi model gini bakalan sering menyerap informasi dan berpikir cepat hanya dari permukaannya aja, disebabkan oleh terlalu banyaknya konten yang simpang siur.  Mereka memang tahu banyak hal, tapi nggak dalam hal penyerapan informasinya. Buat ngakalinnya, kemampuan filterisasi informasi penting banget buat diajarkan dan diasah sejak dini.


5.Belajar bukan dari instruksi, tapi dengan mencari

Mereka gak suka diajari. Mereka lebih pilih belajar dengan nyari sendiri konten di dunia digital. They use google and Youtube as friends, and learn it by themself.


6. Unduh sekaligus unggah

Download dan upload bisa dibilang udah jadi sebuah fenomena, dan juga jadi sebuah hobi. Secara, sebagai generasi digital native, rasanya kurang sreg dan gak eksis aja gituh kalo nggak upload konten di internet :p 


7. Interaksi di media sosial

Interaksi online dan offline pada dasarnya sama aja dan setara. Generasi digital native senang menjalin relasi melalui media sosial. Mereka berbagi dan melakukan aktivitas kesenangan bersama.


8.Suka berbagi, suka berkolaborasi

Dunia digital, adalah wadah yang sangat fleksibel untuk generasi ini. Nggak susah menemukan orang yang sehobi, dan satu ketertarikan, semua channel dan link tersebar dengan gampang. Dan mereka bisa berinteraksi, untuk akhirnya kopi darat sama orang asing hanya dalam itungan detik.


**

Yuk, mulai sebarkan informasi ini biar orang tua kita jadi lebih ngerti gimana sih cara building proper communication sama anak-anak jaman sekarang :)


Also thanks to: Mas @bukik

3 comments:

  1. Tapi jangan sampe, bokap nyokap ikutan bergadget, lalu pas keluarga ngumpul, there is no quality conversation. Yang ada, diem-dieman sambil sibuk ke gadget :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. INDEED! Inilah yang harus dibiasain, hari gini, nyari quality time aja susah banget, apalagi conversation :|

      Delete
  2. artikel yang menarik sekali min, makasih informasinya ini...
    solder uap

    ReplyDelete