Cak Lontong Untuk Indonesia Yang Lebih Jenius

Solopos.com
 "Miskin itu kondisi hidup, sederhana itu gaya hidup." -Cak Lontong.

Saat lagi rame-ramenya dukungan capres membrojol di sosmed, gue sempet ikutan berdeklarasi secara jelas bahwa gue positif dukung Pak Jokowi.

Tapi kok, makin hari makin kesini, intensitas ocehan perihal copras capres ini agaknya jadi berlebihan. Nggak facebook, nggak twitter, nggak juga Path. Seperti bakteri muntaber, berentetan, bikin mual, dan nggak salah juga kalau disebut latah. Gue rindu topik-topik ringan khas twitter user yang berbau geeky, resep masakan, travel-shares dan backpacking. Semua lenyap terbuyar oleh berondongan "senapan update" soal pencapresan ini.

Cukup dulu dong-deh-yah-atuh. Abis, buang-buang energi aja kayaknya gitu.

Lagian, kalau mau dikotakan secara sederhana, dua pilihan capres ini kan jelas banget. Yang satu "tukang culik" dan buronan masalah. Yang satu lagi, tukang blusukan yang hobi merakyat dan merangkul orang sekitarnya dengan penuh bukti lapangan.

Jadi, ini soal memilih mana yang waras mana yang nggak. Mau milih orang bermasalah apa yang belum punya masalah. Masa pilihan kayak gitu susah amat pertimbangannya?

Apa lagi yang perlu dibuktikan dan diperdebatkan? 

Apa lagi yang perlu dikaji perihal kefaktualan informasinya? Apa lagi yang perlu dikulik dan didiskusikan sana-sini sampe berakhir debat kusir yang nggak penting. Mau ngoleksi screenshot koran dan media digital berapa biji lagi buat adu bukti? Mau sampe kapan menganulir black dan negatif campaign atau semacamnya?

Duh, pegel ahbez.

Sementara itu, gue mencari penyegaran lain via surfing di youtube. Dan sasaran gue kalau nggak ke lawakan, ya ads-ads dari brand lucuk.  Tapi, perhatian gue sejenak malah teralihkan ke Cak Lontong

Hah?

Iya bener. Pasalnya, kita tahu betul beliau terkenal sebagai pelawak. Tapi kalau mau nelusuri video-videonya yang berkolerasi dengan topik politik, disitu akan kelihatan bahwa Cak Lontong punya concern khusus terhadap Indonesia.

Beliau sering mencetuskan ide-ide ngasal khas guyonan orang Jawa yang absurd abis. Ngasal tapi brillian. Kalau penasaran sama profile singkatnya Cak Lontong, langsung klik disini yah.

Berikut beberapa ide Cak Lontong yang sempet gue catet, update menyusul \o/
  • Sehubungan dengan PRJ kemarin, Cak Lontong sempat diberi pertanyaan soal bagaimana caranya menjadikan waduk-waduk di Jakarta tersulap menjadi tempat rekreasi ini nan bermanfaat dan merakyat ke kalangan menengah kebawah. Beliau menjawab : "Itu yang dagang kerak telor dan pedagang lain suruh jualan ditengah waduk aja. Jadi setiap pengunjung harus renang ke tengah waduk kalau mau pesan. Basah ya biar basah aja. Toh, akhirnya sehat, bisa renang gratis, semua senang, dagangan pasti laku karena ada azas berusaha, meski akhirnya masuk angin."
Pada acara ILK edisi debat capres, Cak Lontong dipasangkan dengan Komeng sebagai capres gojekan. Lalu Pak Komar mengajukan pertanyaan:

"Komar: Bangsa yang besar, adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawan dan mensejahterakan para pelawaknya. Apa yang akan Anda lakukan terhadap para pelawaknya saat Anda sudah menjadi Presiden dan Wakil Presiden? "
  • Pelawak dan Seniman adalah penghibur bangsa. Mereka dapat berdiri di manapun, kapanpun, di situasi apapun. Artinya, Seniman ada dalam posisi yang sangat netral, karena dia bisa menghibur terutama rakyat. Untuk itu, kita akan mengangkat semua pelawak menjadi PLN (Pegawai Lawak Negeri) atau menjadikan pelawak dan seniman sebagai pegawai negeri untuk urusan menghibur rakyat. Dengan itu, kami juga akan mendirikan Departemen Hiburan dan Menteri Negara Hiburan Demi Kedaulatan Bangsa (MENABUR DOSA).
  • Selain itu, saya juga concern terhadap masalah kemiskinan dan perekonomian kita. Dan untuk itu, program pertama saya adalah "Mengekspor orang miskin". Jadi kita akan bekerja sama dengan Negara lain yang kekurangan orang miskin. Di saat yang sama, kemiskinan Negara kita menurun dan nilai ekspor kita meningkat. Jadi kita nggak perlu takut bahwa kita akan kehabisan warga mengingat Negara kita secara garis besar masih banyak yang menginjak garis kemiskinan, karena kita masih bisa mencetak kemiskinan yang baru.
  • Saya akan mengutarakan soal efisiensi waktu lewat pembagian wilayah propinsi di Indonesia. Kita tahu bahwa jumlah propinsi di Indonesia sekarang ini ada 34 propinsi, lalu akan kita bagi dua kepemimpinan masing-masing memegang 17 propinsi. Contoh, Wakil presiden bekerja menyelesaikan masalah dan berangkat dari ujung timur, saya dari barat. Semua masalah harus diselesaikan sampe tuntas. Sampai akhirnya nanti ketemu di tengah-tengah, kita akan tahu bahwa semua masalah sudah teratasi dengan baik.

Akhir kata, ide-ide tersebut memang luar biasa mentah dan simple. Mungkin kalau digodok dan dipoles secara baik, pastinya realisasi gagasan Cak Lontong tersebut bisa menyegarkan kita-kita yang jenuh dengan hingar-bingar politik serius :)

***