Priority Seat di Kopaja & Metromini, Haruskah?

15 comments
Gue termasuk salah satu orang yang kurang setuju dengan penerapan "Priority Seat di KOPAJA & Metromini", karena aturan (di Kopaja dan Metromini) tersebut invisible alias nggak terdeteksi keresmiannya selain dengan kadar kesadaran yang tinggi. 

Dengan ongkos 3000 perak, semua orang mau enak, semua orang mau senang, semua orang mau duduk terus.

Dan gue rasa, hal ini lucu, perlu dibahas, dan beneran menggelitik.

Contoh kasus: 

Kamu udah berdiri ditempat selama kurang lebih satu jam, pasti selalu ada kejadian dimana kamu harus ngalah sama orang tua dan manula, atau yg paling konyol, mendahulukan perempuan, karena mereka (katanya) lemah (((LEMAH))) tapi disisi lain getol nuntut penyetaraan gender dan emansipasi. 

IMHO, Priority Seat harusnya nggak berlaku di Kopaja dan Metromini, kecuali di KRL, dimana situasi dan kondisinya lebih meng-global. 

I mean, jika anda memang mau duduk terus, silakan pilih taksi atau bajaj. Para orang tua dan manula yang dengan keterbatasan mereka seperti itu agaknya kurang proper kalo musti naik Kopaja dan Metromini.

Mari kita pilah satu-satu beberapa tipe penumpang "nyasar" yang sering kita jumpai di Kopaja dan Metromini:

1.  Manula dan orang tua

Keberadaan manula dan orang tua (antara 50-60 tahun) di angkutan umum Indonesia bisa dibilang sebuah fenomena ganjil. Karena di negara lain itu JARANG BANGET ada manula yang berani atau seenggaknya nekat naik bus. Dan kalaupun terpaksa, toh angkutan umum di negara lain udah pasti kondisinya nggak berhimpit-himpitan secara ekstrim kayak di Jakarta.

"Ya kan bisa aja mereka nggak punya duit.." - Mungkin bener, tapi masa iya nggak ada saudara/tetangga yang mau bantu atau minjemin motor sebentar aja? Gue rasa warga Jakarta nggak sekejam itu kok sampe tega ngebiarin manula naik bis sendirian. Bisa aja si manulanya yang gengsi :p

Kalau kondisinya sedang/memang nggak prima, mungkin ada baiknya jika beliau-beliau ini duduk dirumah aja. Nyantai, atau nunggu ada yang nganterin. Lebih trusted, lebih aman, dan kasarnya sih nggak merepotkan orang lain. 

2. Penumpang borongan

Such as Ibu-ibu yang baru jemput anaknya dari TK/SD satu geng RT-RW. Woilah, brisik dan ribetnya ngalahin anak-anak SMP keranjingan sinetron.

3. Bumil dan Ibu-Ibu bawa Bayi

Ini agak serem. Mereka rela naik angkutan umum dengan bayinya di kondisi berisik, polusi dimana-mana, panas dan berebut oksigen sama penumpang lain. Bayinya jerit-jerit juga mereka nggak terlalu peduli. Akhirnya keluarlah senjata pamungkas dan tontonan gratis. Nenen.

Jadi, benang merahnya adalah:

Karena murah? Ya bener. Tapi jangan ngeluh, jangan minta spesialisasi. Jangan marah-marah kalo ditinggal jalan sama supirnya karena kalian lelet (sering banget kejadian, berawal dari misuh-misuh dan berujung ditimpuk batu sama si nenek). 

**

Yah akhirnya, memang balik ke perspektif masing-masing sih. Gimana menurut kalian soal topik ini? Feel free to throw your humble opinion.

15 comments:

  1. Gosh, finally there's someone brave talk about this to public! Sebagai pihak perempuan, setuju banget nih. Harusnya perempuan nggak boleh minta diprioritaskan dalam tempat duduk di angkutan umum. Kalo lemah, di rumah aja gih sana nggak usah jalan-jalan :D

    There's no such as lady's first karena menurutku itu konsep yang ringkih dan bullshit.

    Untuk poin bumil, aku juga punya beberapa temen bumil dan asiknya mereka juga berpikiran sama dengan artikel ini. Nggak enak kalau malah diprioritaskan. Ya, harusnya adil aja, siapa duluan ya dia yang duduk. Kalau mau enak, ya usaha dikit. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Still waiting for the other reactions, dear :)

      Delete
    2. kalau bumil sih kasihan juga bayinya, tp seyogianya kalau perlu2 amat dan merasa lemah jangan pergi2 gak jelas, apalagi udah tau jam penuh. Saya sangat setuju siapa duluan dia duduk, itu adalah prinsip budaya antri yg masih kurang dipahami oleh negara kita.

      Delete
  2. Menurut gue (mengutip comment gue di post sebelah sebelumnya) itu balik lagi ke orang yang udah dapet tempat duduk tersebut mau ngasih kursinya buat kaum berprioritas tersebut atau ngga. Gue pribadi ngga terlalu mementingkan itu, yang penting gue sampe tempat tujuan dengan selamat dan cepat. Bahkan gue pun ga masalah harus bergelantungan di pintu dengan satu tangan meluk jendela (pengalaman pribadi) :p

    ReplyDelete
  3. saya pernah tuh mual di bis, udah pucet pasi, tapi yang duduk juga nggak ngasih prioritas ke saya. sampai kernetnya ngasih tikar biar saya bisa duduk di lorong. gengsi? nggak tuh! kalau udah begini, ya tinggal kesadaran yang duduk aja mau nggak ngasih prioritas buat yang dianggap lemah tadi :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya laki-laki bahkan pernah sampe jatuh saat berdiri pas lagi sakit, gak ada yg kasih duduk, hanya dua remaja putri yang paling dekat dengan saya berhenti bergosip dan pura2 tidur. Ya harusnya kesadaran masing2.

      Delete
  4. ane ga ngerti karena ane bukan pengguna metromini apalagi rok mini. yang ane tahu, bukan masalah minta diprioritaskan, tapi ngasih prioritas. ga usah dikasih space untuk mereka, kalo kita ngelihat ada orang yang lebih membutuhkan ya kita kasih. kaya ente bilang "Gue rasa warga Jakarta nggak sekejam itu kok"

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya kalau gak dapat bangku yang "aman" di dalam dekat jendela atau depan dekat sopir ya kasih untuk ibu hamil, lansia, gendong bayi dan orang cacat. Tapi untuk cewek2 bawel atau ibu2 bawel, saya tetap duduk dan pasang earphone biar gak denger gosip mereka hehehe.

      Delete
  5. kalo saya udah duduk ya pura-pura tidur atau tidur pura-pura...
    :P

    ReplyDelete
  6. Agak telat ya komen (krn baru nyasar ke sini hihihi). Tp berhubung masalah ginian seriiiiiiing bgt dibahas. Jadi seneng jg ternyata ada komen yg wajar dan realistis (gak sok idealis, tp jg gak kejam). Kalo saya dulu waktu kuliah setiap hari naik angkutan umum, tentu agak keberatan kalau harus selalu kasih duduk (krn kadang juga terlalu capek, atau pingin recharge tenaga utk ngerjain tugas kuliah). meskipun saya cukup beruntung bisa naik dr ujung, sehingga bs memilih duduk di depan yg tidak mungkin dekat penumpang berdiri. Kalau saya lagi tidak kuat berdiri, saya akan berusaha naik dr terminal supaya bs dapat duduk (dan duduk di tempat yang "aman" dari penumpang berdiri). bukankah org yg segitu inginnya duduk (terutama wanita) juga bisa melakukan hal yg sama. Apalagi kalau di Jakarta ada terlalu banyak pilihan angkutan, gak seharusnya ada orang2 tertentu yang berpikir dia berhak "mengusir" orang yg sudah duduk lebih dulu. Kalau ada kursi prioritas boleh lah penumpang prioritas minta ke kursi itu, krn itu sesuai peraturan. Kalau saya pribadi, kalau di dekat saya ada penumpang prioritas berdiri tetap kasih duduk, tapi kalau perempuan tidak hamil apalagi msh muda (bukan anak kecil) plisss deh, kalau udah ada larangan wanita nonton konser di festival (yg harus berdiri berjam jam) boleh deh wanita nuntut duduk, dengan wanita muda yang mendominasi kelas festival di konser2 musik, sudah membuktikan kalau wanita muda secara populasi bukan kelompok lemah.

    ReplyDelete
  7. Btw saya laki-laki, ini nickname pacar saya sebenarnya (tp dipake bersama hihihi.

    ReplyDelete